Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Lewat Lagu Temanya, Aku Makin Terpesona Serial ini

Belum pernah ada serial televisi yang mampu membuatku menontonnya lebih dari sekali. Bahkan, film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Andrea Hirata, pun cuma pernah kutonton sekali. Padahal, novel Laskar Pelangi adalah salah satu novel favoritku dan sudah berulang kali kubaca. Filmnya pun adalah film pertama yang kutonton di bioskop. Cukup historis, kan? Namun, aku tak pernah merasa perlu menonton film itu lebih dari sekali. Berbeda halnya dengan serial Spanyol yang satu ini. Dengan judul asli la Cassa de Papel, serial ini sungguh fenomenal menurutku sehingga telah  dua kali aku menontonnya. Tidak hanya dari aspek alur ataupun genre kisahnya, pesan dan kesan yang ingin disampaikan pun sangat mendalam. Sebenarnya film serial ini sudah tayang sejak Mei 2017, tapi aku baru menontonnya akhir-akhir ini lantaran baru memasang aplikasi netflix. Aku bersyukur, dialognya telah disulihsuarakan dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami. Ada salah satu lagu tema f...

Cerpen: Kembali untuk Terluka

Pernahkah kau mendengar seseorang yang terbangun di tempat asing dan menjadi orang lain? Jika belum, percaya atau tidak, itulah yang kualami kini. Lima hari lalu aku terjaga di sebuah kamar bercat hijau. Tatapanku nanar, semua asing bagiku. Saat itulah, sekonyong-konyong pintu kamar terbentang. Seorang gadis kurus berjalan masuk. “Sayang, kauterlambat bangun!” sapanya. Dahiku mengernyit. Dia memanggilku sayang? Apa pula ini? Mengenalnya pun tidak. “Mengapa diam saja?” salaknya jengkel. Aku tersentak mendengar bentakan si hitam manis. Sungguh, kegalakannya bagaikan rentenir yang berang lantaran si miskin tak kuasa membayar utang, pun tidak mempunyai barang berharga untuk disita. “Siapa kau?” tanyaku tergagap. Mata si gadis sempurna melebar, memancarkan kilat amarah yang membuat kamar ini terasa panas. “Aku Afifah, Arya! Tunanganmu.” ujarnya menahan geram. “Namaku Satria, bukan Arya! Tunanganku Embun, bukan Afifah.” bantahku sengit. Afifah memutar bola mata sembari berdecak. “Masa bodoh!...

Cerpen: Tinta Darah

Aku duduk tegak di atas tempat tidurku. Mimpi buruk yang baru saja menyentakanku dari tidur nyenyakku membuat napasku terengah-engah. Keringat dingin membanjiri tubuhku. Mimpi buruk itu terasa seperti nyata. Aku seperti tidak sedang tidur. Selimut yang tadi membungkus tubuhku sudah melesat jauh ke sudut ranjang. Aku tidak ingat kapan aku menendangnya. Yang pasti mimpi buruk itu sudah membuatku nyaris mati. Dalam mimpi burukku tadi, aku tidak sedang berada di rumah atau sekolah. Aku seperti ada di sebuah taman bunga yang begitu indah. Sayang taman bunga yang begitu cantik itu terasa asing bagiku. Udara yang berembus menerpa leher dan wajahku terasa sangat dingin dan tajam. Di sana aku tidak sendiri. Aku sedang duduk berdua dengan seorang lelaki asing namun kami tidak saling bicara. Lelaki yang tidak kutahu siapa namanya itu sedang asyik membaca sebuah buku tebal di pangkuannya. Sepintas lalu sepertinya buku itu adalah kitab kuno. Yang membuatku tertarik memperhatikan lelaki itu adalah...

Cerpen: Sunset

Menurutku sunset kali ini terasa berbeda dengan sunset di hari-hari kemarin. Meski aku berdiri di tempat yang sama, tempat ini terasa asing. Aku terus menatap kearah sang mentari yang perlahan-lahan kembali ke peraduannya. Membuat langit barat berwarna jingga keemasan. Air mataku kembali menetes, mengenang masa-masa indah kita di pantai ini. Pantai yang juga membuat kau pergi meninggalkanku sendirian. Mengapa harus seperti ini? Mengapa tempat yang tadinya indah ini, mendadak jadi sangat menyeramkan? Delapan tahun yang lalu, saat aku baru masuk ke bangku SMA, tak sengaja aku bertemu denganmu, seorang pemuda yang amat menarik hatiku. Dan alangkah senang hatiku saat mengetahui kau juga sekelas denganku. Sebenarnya aku sangat ingin mengajakmu berkenalan, namun aku tak memiliki keberanian. Aku hanya bisa memandangmu dari jauh. Memperhatikanmu setiap hari. Yah, kau adalah cinta pertamaku di masa sekolah. Hingga setahun berlalu. Kini kita sudah naik ke kelas XI. Akan tetapi kita sama sekali b...

Penyanitasi Tangan Bisa Jadi Teman Baru

Setiap tanggal 15 Oktober diperingati sebagai Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Saya merasa bahwa hari ini perlu diberi atensi khusus sebab kita masih berada dalam masa pandemi covid19 yang mengharuskan setiap orang mematuhi rangkaian protokol kesehatan: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dari ketiga tindakan tersebut, ternyata poin kedua memiliki hari peringatan khusus. Hari Cuci Tangan Sedunia adalah sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB  bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan oleh masyarakat sebagai upaya menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia. Tentu penularan virus covid19 pun termasuk di dalamnya. Sebagaimana diketahui, koronavirus dapat berpindah dari seseorang ke orang lain melalui tindakan bersalaman atau saat seseorang menyentuh benda-benda yang rentan menjadi te...

Rayakan Hari Penglihatan Sedunia, Relevankah bagi Disabilitas Netra?

Hari ini adalah Kamis kedua pada bulan Oktober 2021. Sejak beberapa tahun lalu, tiap Kamis pada pekan kedua bulan Oktober diperingati sebagai Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day [WSD]). Bagi saya yang notabene seorang disabilitas netra, rasanya risih jika merayakan momentum ini. Apa yang perlu dirayakan? Merayakan hilangnya penglihatan saya? Memperingati hari ketika saya divonis tunanetra total oleh dokter? Akan tetapi, pagi ini saya diminta menambahkan tulisan tentang pentingnya Hari Penglihatan Sedunia pada konten media sosial lembaga tempat saya bekerja. Jujur, saya sempat bingung dari sudut mana harus mengkampanyekan momentum ini. Penerima layanan kami adalah penyandang disabilitas netra, lalu apa yang perlu digembar-gemborkan tentang penglihatan mereka? Sebagaimana diri saya, mereka pun telah mengalami disfungsi indra visual.  Seandainya nama momentumnya adalah Hari Mata ... alih-alih Hari Penglihatan ..., hidup saya akan lebih mudah. Saya akan menekankan pada segi keseh...

Rumah-rumahan Sampah

Halo! Yang sedang berbicara pada kalian ini adalah aku, seorang gadis 20 tahun yang berasal dari kota lima dimensi. Emmm, atau kota yang mendapat julukan Mutiara Khatulistiwa. Namaku Siti Azizah, sering dipanggil Azizah, Zhizie, atau Sasa. Nama yang terakhir itu adalah nama panggilan dari orang tuaku semasa aku kanak-kanak. Ngomong punya ngomong, kedua orangtuaku bekerja sebagai pegawai negeri sipil di pemerintahan daerah. Jadi, dalam ihwal keuangan, kebutuhan sehari-hariku dan kedua adikku dapat tercukupi, termasuk pendidikan yang amat layak. Aku kini duduk di bangku kuliah, telah memasuki tahun ketiga di universitas yang mempunyai bentuk bangunan seperti kapal pinisi. Namun, bukan tentang itu yang akan aku ceritakan dalam tulisan ini, melainkan masa kecilku yang menyenangkan. Seperti yang kukatakan tadi, kedua orangtuaku adalah pekerja kantoran, bekerja dari senin hingga jumat, dari pagi sampai sore. Maka dari itu, aku dan kedua adikku terpaksa dititipkan ke rumah Bibi, dan akan ...

Teringat Origin, Begini Harapan Kami tentang Museum di Indonesia

Sejak 2015, tanggal 12 Oktober diperingati sebagai Hari Museum Nasional. Tanggal itu dipilih oleh Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) karena bertepatan dengan MMI pertama yang diselenggarakan pada 12-14 Oktober 1961 di Daerah Istimewa Yogyakarta.  Omong-omong soal museum, saya teringat salah satu novel favorit saya, “Origin” karya Dan Brown. Peristiwa utama dalam cerita itu berlangsung di sebuah museum yang menurut saya sangat canggih. Terlepas dari kemungkinan bahwa itu hanya fiksi, menurut saya museum itu sangat menakjubkan, terutama dengan teknologi panduan audionya. Setiap pengunjung akan diberi headset yang disesuaikan dengan identitas masing-masing. Headset itu akan mengeluarkan suara yang berfungsi memandu pengunjung selama berada di dalam museum.  Ketika pengunjung diketahui menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari, maka suara yang dihasilkan oleh headset tersebut berbahasa dan beraksen Inggris. Suara itu akan menjelaskan secara detail setiap benda yang s...

Empat Ciri Mental yang Sehat

Tanggal 10 Oktober diperingati dunia sebagai Hari Kesehatan Mental. Hal ini dianggap perlu dilakukan untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa di samping kesehatan fisik. Lantas, apa sebanarnya yang dimaksud dengan kesehatan mental atau jiwa? Bagaimana kondisi seseorang yang dapat dikategorikan sebagai orang dengan mental yang sehat? Menurut saya, ada empat hal yang perlu dimiliki seseorang untuk dapat dikatakan memiliki mental atau jiwa yang sehat.  1. Mampu berpikir jernih. Manusia akan selalu berhadapan dengan keruwetan hidup sehari-hari. Tiada hari tanpa masalah, besar ataupun kecil, baik yang baru dimulai, sedang rumit-rumitnya, menjelang tahap penyelesaian, maupun baru saja tuntas. Dalam hal inilah kejernihan pikiran sangat diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tidak terburu-buru ataupun tidak terlambat. Semuanya efektif dan efisien. 2. Mampu mengendalikan emosi. Masalah yang datang silih berganti sangat berpotensi mengganggu kestabilan em...

Puisi Kolaboratif : Kegagalan

Instagram Kak Akbar Instagram Kak Fitri Instagram Kak Pitaloka Akbar : Menjalani sulitnya masa. Tanpa kawan setia. Haruskah aku berhenti begitu saja? Haruskah aku terdiam meratapi segala? Fitri : Ikutilah petuah orang bijak! Berlarilah sekencang mungkin! Bila tak mampu, berjalanlah! Kejar mimpimu! Ketik kejoramu! Bila bintang telah dalam genggamanmu, jangankan kawan, orang yang tak mengenal pun akan berkerumun mengagumimu dan mengakuimu sebagai saudara! Jangan tenggelam dalam ratapan tiada guna! Waktu tidak menunggumu untuk berdiam diri. Dia akan tetap melaju tak peduli kamu tetap berjalan di tempat atau melangkah tapak demi setapak. Akbar :  Benarkah demikian, Saudari? Aku butuh kepastian. Enggan aku merasakan bosannya kegagalan lagi. Sungguh, kegagalan itu adalah mimpi buruk yang pekat membekas. Fitri : Bekas bukan masalah. Dia hanya setitik noda yang perlu kau abaikan. Kehadirannya hanya perlu kau jadikan cemeti langkahmu. Pitaloka : Bahkan malam pun perlahan merayap pergi. Seme...

Puisi Sajian Basi

Lagi-lagi ia tak tersentuh Wanginya tak menggoda siapapun Tiada yang mencecap walau sekadar mencicipi Akhirnya ia beristirahat di tempat sampah. Hati merintih perih Rasa sia-sia menusuk Hidangan yang dibumbui cinta hanya sebatas terhidang Sesal membungkus pemikiran. Tanya menggelegak Seribu alasan dikais-kais Namun tiada jawab yang mententramkan Pikiran penuh prasangka menusuk dada. Harapan menjadi putri dalam keluarga baru melintir pergi Miris menetap menyeret ingin tuk menjauh Patahan hati menggerung kecewa Menantu takkan mendapat ruang yang tepat di hati. Retakan hati menjerit Langkah tanpa haluan pulang jadi angan nan manis Gerah dalam kesalahan tiada paripurna Letih ingin rebah dalam tentram kesendirian. Hati yang digoresi perlahan tak setangguh bayangan Kalah sudah digaungkan sekeras mungkin Tak usah ada pernikahan bila lahir pertikaian Bulir kirstal telah mengering tuk terurai. Ketegaran yang tersisa secercah Kesanggupan yang telah berdiri di birai Tak menjanjikan ketangguhan tu...

Ukiran Kisah di Balik Serpihan Reglet

Gambar
Namaku Zukhrufafu Aida, kerap  dipanggil Ai. Aku  lahir di kota yang dijuluki kota sejuta bunga (Magelang). Lima belas Juli 2003 adalah hari kelahiranku.   Aku dibesarkan dalam keluarga yang hidup sederhana. Bapak bekerja sebagai petani sekaligus guru honorer di salah satu sekolah swasta, sedangkan ibu seorang petani yang sangat rajin dan tekun bekerja demi anak-anak yang dicintainya. Pertengahan tahun 2014, aku pindah ke kota pelajar, Yogyakarta. Di sana aku menempuh pendidikan di sekolah khusus untuk tunanetra. Jarak rumah dan sekolah yang terlalu jauh mengharuskanku hidup mandiri di  asrama pada usia yang sangat muda. Di sinilah aku mengenal kehidupan yang sesungguhnya.  Usai kurang lebih enam tahun menempuh pendidikan dasar dan menengah di sekolah khusus, aku melanjutkan ke MAN 2 Sleman, yang merupakan lembaga pendidikan inklusi pertama di Indonesia. Enam tahun di sekolah khusus, ada sebuah kejadian masa kecil  yang sangat mengesankan hingga saat i...