Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Kau Permata Hati

Di hamparan hatiku bersinar permata cinta, Separuh jiwaku yang tak tergantikan. Pesona dan kelembutanmu menyulam kalbu Kau Permata hatiku. Wajahmu bak lukisan indah di palung ingatan, Senyummu bak purnama di malam gelap, Dari sudut matamu berkisah asmara terindah, Rintikan cinta yang tumbuh untuk mengukir sejarah. Kau permata terpilih di taman hatiku, Merajut rasa, simpul cinta yang abadi. Bagaikan bunga yang mekar di pagi yang cerah, Cinta kita harum dan memikat. Engkau adalah pusat, keindahan yang terpancar, Kasih ini bagai lagu yang indah terdengar. Bersamamu, hidup terasa seperti puisi yang terukir, Setiap kata adalah bait cinta yang tiada tara. Pahlawan hatiku, sahabat setiaku yang sejati, Cintaku padamu bagai permata yang tak pernah pudar. Surakarta, 25 Januari 2024 Aydha  

Mencuri Ilmu Sah, Mencuri Hati Perlu

Seorang penulis ternama Indonesia, Asma Nadia, pernah menyatakan bahwa mencuri itu sah. Orang-orang yang ingin sukses sebagai penulis harus bisa mencuri. Jangan tergesa merisak Mbak Asma, lo. Beliau sepenuhnya benar. Saya sendiri kerap melakonkan kegiatan mencuri itu. Lantas, apa yang Mbak Asma rekomendasikan untuk dicuri oleh para penulis, khususnya pemula? Tak lain adalah ilmu dari para penulis yang sudah sukses. Caranya? Baca buku-buku mereka, lalu serap ilmu dari sana. Misalnya, bagaimana mereka menyajikan tulisan sehingga membuat buku itu laris, apa hal yang membuat buku itu spesial, dan hal-hal lain yang menjadikan tulisan itu layak terbit. Memang kelayakan publikasi sebuah buku bergantung pada kriteria yang ditetapkan oleh penerbit masing-masing. Namun, kesesuaian dengan kaidah kebahasaan adalah kriteria dasar dari semua tulisan yang dianggap layak. Ada pula penerbit yang memiliki gaya selingkung. Pola ini biasanya sedikit berbeda dengan sistem yang berlaku secara umum. Ini ...

Dibutuhkan Lebih dari Sekadar Berani

Jika sebelumnya saya sempat menyatakan ketidaksepahaman dengan salah seorang penulis mengenai pembuatan judul, kali ini saya sepakat dengan seorang penulis lain mengenai level menulis. Menurutnya, menulis memiliki dua level. Pertama, level ketika orang harus punya keberanian untuk mulai menulis. Jika memang berniat jadi penulis, tidak perlu ragu untuk menuangkan ide sesedarhana apa pun. Tidak perlu khawatir soal tata bahasa dan hal-hal teknis lainnya. Yang terpenting, beranikan diri untuk mulai berkarya. Akan tetapi, penulis yang baik tidak boleh hanya sampai di level pertama. Ada level selanjutnya ketika proses menulis menjadi lebih sulit. Penulis perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum, selama, dan setelah menulis. Misalnya data dan fakta melalui riset, ketepatan nilai dan makna dari setiap diksi, estetika, tata bahasa, segmen pembaca yang disasar, dan penerbit yang tepat. Itu hanya sebagian kecil dari berbagai hal yang harus dipikirkan untuk menghasilkan tulisan berkualitas. S...

Bisakah Nonfiksi Berjudul Fiksi?

Sebagaimana diceritakan sebelumnya, sekarang saya punya kebiasaan mengumpulkan video berisi pengalaman para penulis untuk kemudian dibagikan ke grup Whatsapp hunian saya. Suatu ketika, salah seorang penulis tersebut memberi kiat tentang pembuatan judul. Di antara semua poin yang dia paparkan tentang judul, ada satu hal yang mengusik kenyamanan saya. 60 % saya setuju dengan poin tersebut, tapi ada 40 % dari diri saya yang agak terganggu. Intinya, dia menyarankan bahwa judul fiksi dan nonfiksi seharusnya saling dibedakan. Judul tulisan fiksi jangan sampai berbau nonfiksi, demikian pula sebaliknya. Jujur, saya tidak sepenuhnya sepakat dan mungkin juga keliru soal itu. Dari dulu saya memang berpendapat bahwa tulisan fiksi akan terasa gersang jika diberi judul berbau nonfiksi. Bahkan bisa jadi, awalnya kita berpikir itu tulisan nonfiksi, apalagi jika tidak ada petunjuk bahwa kata/frasa/kalimat tersebut merupakan judul tulisan fiksi. Namun, di sisi lain, memberi judul berbau fiksi kepada...

7 Trik Menulis Takarir di Medsos

Membuat caption (takarir) memang gampang-gampang-susah. Padahal, caption adalah salah satu faktor yang bisa menarik minat orang untuk mengikuti akun medsos kita. Caption yang menarik akan mengundang like, share, dan komentar banyak warganet. Dengan demikian, jumlah pengikut (follower) akun medsos kita akan terus meningkat. Kapitulis, sebuah penyedia jasa merangkai kata, merekomendasikan tujuh trik membuat takarir. Trik ini terutama untuk membuat caption di Instagram, tapi dapat juga diterapkan untuk medsos-medsos pada umumnya. 1. Maksimalkan kalimat awal caption. Di Instagram, sebuah caption panjang akan secara otomatis disembunyikan atau dipersingkat menjadi beberapa baris. Sebab itu, pastikan kalimat pertama kita  cukup mengundang rasa penasaran sehingga orang-orang tertarik mengklik caption tersebut untuk membaca seutuhnya.  2. Menulislah secara natural. Dalam caption, sebenarnya kita sedang berbicara, hanya, dalam bentuk tulisan. Jadi, tidak perlu terlalu formal dan monoto...

Dua-Duanya Memesona, Mending Disinergikan

Gambar
          Salahkah jika ada pernyataan bahwa kita telah memasuki masa pudarnya pesona huruf braille? Saya tidak mau tergesa membenarkan atau menyanggah pernyataan itu. Meski realitas sehari-hari mendesak untuk membenarkan, saya belum punya angka dan data yang pasti dan sangat tidak bijak untuk menarik simpulan tanpa angka dan data yang akurat. Sebab itu, sebelum lanjut lebih jauh, perlu ditegaskan bahwa tulisan ini sekadar merefleksikan hasil japat yang dilakukan oleh Lintas beberapa waktu lalu dalam rangka menyambut Hari Braille Sedunia 4 Januari 2024.   Setelah menghimpun pendapat dari sejumlahh disabilitas netra, saya menyadari bahwa mereka tidak sepenuhnya mengabaikan huruf braille. Rata-rata masih menganggap huruf braille sangat penting meski di era digital. Salah seorang responden mengatakan bahwa braille mungkin tidak lagi digunakan di kampus-kampus karena telah tergantikan oleh teknologi pembaca layar. Akan tetapi, braille masih dijadikan p...

6 Langkah Menulis sebagai Katarsis

Sudah sering kita mendengar, menulis dapat menjadi salah satu bentuk terapi mental. Dengan menulis, beban-beban emosi dapat tertumpah ke atas media tulis. Maka, banyak penulis dan psikolog yang menyebut menulis sebagai salah satu kegiatan katarsis. Dalam salah satu artikel pada laman website milik  Yayasan  Peduli Kasih ABK   , penulis buku-buku psikologi dan Founder Kampoong Hening , Sofie Beatrix , mengungkapkan bahwa k atarsis adalah cara yang kita lakukan untuk bisa merilis atau melepaskan beban emosi yang ada dalam diri kita.   Lantas, b agaimana Menulis untuk Katarsis? Sebagaimana dikutip dari laman  Ruang Menulis , Stephen Parato memberikan lima langkah menulis untuk keperluan katarsis. 1.       Ambil suasana dan sikap rileks Ciptakan suasana yang rileks. Duduk dengan tenang, lepaskan beban. Pilih tempat yang nyaman. Tarik na p as dalam-dalam, lepaskan dengan pelan-pelan. Sampai na p as Anda teratur. Jika perlu, minum y...

Harapan|Puisi Karya Febiola

Tak terasa tahun berganti Tahun yang baru kini menyapa. Di tahun yang sudah berganti ini,  Aku ingin menjadi orang yang lebih baik dari tahun kemarin. Layaknya hujan, aku ingin bisa bermanfaat bagi orang di sekitarku. Aku tau, aku ini hanya seorang anak yang tak sempurna. Tapi, apakah aku tidak boleh bermimpi? Aku hanya bisa berharap,  semoga saja di tahun yang baru ini, aku bisa lebih bahagia dari tahun-tahun sebelumnya. Sekali lagi aku hanya bisa berharap,  semoga saja aku bisa tersenyum lebih indah dari tahun kemarin.    Penulis: Febiola Editor:  Iin Saputri

Kelas Literasi Digital Tingkatkan Kualitas Diri dan Kontribusi

Gambar
          Ruang Zoom Lintas (31 Desember 2023)—Komunitas Lintas telah sukses menyelenggarakan kegiatan pelatihan bertajuk “Kelas Literasi Digital: Pengenalan Peran dan Fungsi Host pada Platform Zoom (Batch 1)”. Kelas yang berlangsung secara daring sejak 26 hingga 31 Desember ini diikuti 9 orang peserta dari berbagai wilayah Nusantara, delapan orang disabilitas netra dan satu orang disabilitas fisik. Tidak hanya beragam dari aspek domisili dan jenis disabilitas, peserta juga datang dari beragam latar belakang pendidikan dan profesi , di antaranya mahasiswa, guru, wiraswasta, hingga terapis .   Latar Belakang Kegiatan   Sebagai komunitas yang membidangi literasi, menjadi suatu keniscayaan bahwa Lintas akan sering mengadakan rapat daring membahas kegiatan yang akan dilaksanakan terkait literasi. Namun, kadang-kadang ada satu atau beberapa personel yang mengaku tidak dapat hadir karena satu dan lain hal. Salah satu alasan yang sempat dikemuka...