Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 24 Alayne Saat matahari terbit dan masuk melalui jendela, Alayne duduk di tempat tidur dan meregangkan tubuh. Gretchel mendengarnya bergerak dan segera bangkit untuk  mengambilkan baju tidurnya. Kamar-kamar menjadi dingin di malam hari. Akan lebih buruk ketika musim dingin menguasai kita, pikirnya. Musim dingin akan membuat tempat ini sedingin makam manapun. Alayne menyelinap ke dalam jubah dan mengikatkannya di pinggang. "Apinya hampir padam," Gretchel mengamati. "Masukkan kayu lagi, jika kau mau." “Sesuai keinginan my Lady," kata wanita tua itu. Kamar Alayne di Menara Dara lebih besar dan lebih mewah daripada kamar tidur kecil tempat dia ditahan ketika Lady Lysa masih hidup. Dia memiliki kamar  ganti dan jamban sendiri sekarang, dan balkon dari batu putih berukir yang menghadap ke seberang Lembah. Sementara Gretchel menyalakan api, Alayne berjalan tanpa alas kaki melintasi ruangan dan menyelinap keluar. Batu-batu dingin di bawah kakinya, dan angin  berti...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 23 ARYA Setiap malam sebelum tidur, dia menggumamkan doa ke bantalnya. "Ser Gregor," ucapnya. “Duns, Raff si Manis, Ser Ilyn, Ser Meryn, Ratu Cersei.” Dia akan  membisikkan juga nama para Frey dari Perlintasan andai saja dia tahu mereka. Suatu hari aku akan tahu, katanya pada diri sendiri, kemudian aku akan membunuh mereka semua. Tidak ada bisikan yang terlalu samar untuk didengar di kuil Hitam dan Putih. “Nak,” kata pria baik hati pada suatu hari, “apa nama yang kau bisikkan pada  suatu malam?” "Aku tidak membisikkan nama apa pun," katanya. "Kau berbohong," katanya. “Semua orang berbohong ketika mereka takut. Beberapa mengatakan banyak kebohongan, beberapa sedikit. Beberapa hanya memiliki satu kebohongan besar yang mereka katakan begitu sering sehingga mereka hampir mempercayainya. . . meskipun sebagian kecil dari mereka akan selalu tahu bahwa itu tetap kebohongan, dan itu akan terlihat di wajah mereka. Katakan padaku nama-nama ini.” Arya menggigit b...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 22 Pelantik Ratu Di bawah terik matahari Dorne, kekayaan diukur melalui air sebagaimana emas, jadi setiap sumur dijaga dengan disiplin. Akan tetapi, sumur di Shandystone telah mengering seratus tahun sebelumnya, dan para penjaganya telah pergi ke suatu tempat yang airnya lebih melimpah,  meninggalkan parit-parit kecilnya yang sederhana dengan tiang-tiang bergalur dan tiga lengkungnya. Setelah itu, pasir merayap kembali untuk menduduki  tempatnya semula. Arianne Martell tiba bersama Drey dan Sylva laksana matahari terbenam, dengan permadani emas dan ungu, serta awan yang semuanya bersinar merah tua.  Reruntuhan juga tampak bercahaya; tiang-tiang yang runtuh berkilauan merah muda, bayangan merah merayap di lantai batu yang retak, dan pasirnya sendiri  berubah-ubah: dari emas menjadi oranye, kemudian ungu saat cahaya memudar. Garin telah tiba beberapa jam sebelumnya, sedangkan ksatria yang dijuluki Darkstar pada sehari sebelumnya. “Disini sangat indah,” Drey mengam...

A Feast for Crows (buku keempat dari A Song of Ice and Fire)

Part 21 Brienne Di sebelah timur Maidenpool, bukit-bukit menjulang liar, dan pohon-pohon pinus menutup di sekitarnya seperti serombongan prajurit hijau-abu-abu yang kaku. Si gesit Dick mengatakan jalan pantai adalah jalan terpintas dan termudah, jadi mereka jarang jauh dari teluk. Kota-kota dan desa-desa di sepanjang pantai semakin mengecil dan jumlahnya pun semakin jarang seiring jarak mereka yang makin jauh. Saat malam tiba mereka akan mencari penginapan. Si Kepiting akan berbagi tempat tidur bersama dengan pelancong lain, sementara Brienne mengambil kamar untuknya sendiri dan Podrick.  “Lebih murah jika kita semua berbagi ranjang yang sama, My Lady,” kata si gesit Dick. “Kau bisa meletakkan pedangmu di antara kita. Dick tua adalah orang yang tidak berbahaya. Sangat sopan seperti ksatria, dan jujur sepanjang waktu.” "Waktu semakin singkat," kata Brienne. “Yah, itu mungkin. Jika kau tidak mempercayaiku di tempat tidur, aku bisa meringkuk di lantai, My Lady.” “Tidak di lantai...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 20 Umat Terbenam Hanya ketika lengan dan kakinya mati rasa karena kedinginan, barulah Aeron Greyjoy berjuang kembali ke pantai dan mengenakan jubahnya lagi. Dia telah berlari dari hadapan Mata Gagak seolah-olah dia masih selemah dahulu, tetapi ketika ombak pecah di atas kepalanya, mereka mengingatkannya sekali lagi  bahwa pria lemah itu sudah mati. Aku terlahir kembali dari laut, pria yang lebih tegar dan lebih kuat.  Tidak ada manusia fana yang bisa menakutinya, tidak lebih dari kegelapan, atau tulang-tulang jiwanya, tulang-tulang abu-abu dan mengerikan dari jiwanya. Suara pintu terbuka, jeritan engsel besi berkarat. Jubah pendeta berderak saat dia menariknya ke bawah, masih kaku karena garam dari pencucian terakhir dua minggu yang lalu. Wol menempel di dadanya yang basah, meminum air garam yang mengalir dari rambutnya. Dia mengisi kantong airnya dan menyampirkannya di bahu. Saat berjalan melintasi pantai, seorang pria Terbenam yang kembali dari panggilan alam tersandung...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 19 Sang Kapten Besi Angin bertiup dari utara saat Kemenangan Besi datang mengitari titik itu dan memasuki teluk suci yang disebut Buaian Nagga. Victarion bergabung dengan Nute si pemangkas di haluannya. Di depan tampak pantai suci Old Wyk dan bukit berumput di atasnya, tempat tulang rusuk Nagga menyembul dari tanah seperti batang pohon putih besar, selebar  tiang kapal perang dan dua kali lebih tinggi. Tulang-tulang Aula Raja Kelabu. Victarion bisa merasakan keajaiban tempat ini. “Balon berdiri di bawah tulang-tulang itu, ketika pertama kali dia menyebut  dirinya sendiri sebagai raja,” kenangnya. “Dia bersumpah untuk memenangkan kembali kebebasan kami, dan Tarle yang Terbenam Tiga Kali menempatkan mahkota kayu apung di atas kepalanya. 'BALON!' seru mereka. 'BALON! RAJA BALON!’” “Mereka akan meneriakkan namamu sekeras-kerasnya,” kata Nute. Victarion mengangguk meskipun tidak setuju dengan keyakinan si pemangkas. Balon memiliki tiga putra, dan seorang putri yang sangat i...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and fire)

Part 18 CERSEI Tiga orang bodoh yang malang dengan karung kulit, pikir sang ratu saat mereka berlutut di hadapannya. Penampilan mereka tidak menyemangatinya. Kukira  selalu ada kesempatan. “Yang Mulia,” kata Qyburn pelan, "Majelis kecil. . .” “. . . akan menunggu perintahku. Mungkin kita bisa memberi tahu mereka tentang kematian seorang pengkhianat.”  Di seberang kota, lonceng kuil Baelor's melantunkan lagu berkabung mereka. Tidak ada lonceng yang akan berbunyi untukmu, Tyrion, pikir Cersei. Aku akan mencelupkan kepalamu ke dalam aspal dan memberikan tubuhmu yang terpelintir ke  anjing. "Bangunlah," katanya kepada para calon bangsawan itu. "Tunjukkan padaku apa yang  kalian bawa untukku." Mereka bangkit; tiga pria jelek dan compang-camping. Satu orang memiliki bisul di lehernya, dan tampaknya tak seorang pun yang terkena air dalam setengah tahun.  Prospek mengangkat orang seperti itu menjadi bangsawan membuat Cersei geli. Aku bisa mendudukkan mereka di sebe...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 17 JAIME Jenazah Lord Tywin Lannister telah memasuki kota. Ditarik seekor kuda jantan, sebuah gerobak tinggi yang diselubungi spanduk merah tua memuat baju besinya yang dipoles dan berkilau cerah dengan permata dan  perhiasan emas, juga disertai enam saudari sunyi yang setia menunggui  tulang-tulangnya. Prosesi pemakaman meninggalkan King's Landing melalui Gerbang Para Dewa, lebih lebar dan lebih megah dari Gerbang Singa. Pilihan itu terasa keliru bagi Jaime. Ayahnya adalah seorang singa--itu tidak dapat dibantah oleh siapa pun--dan Lord Tywin tidak pernah mengaku  sebagai dewa. Penjaga kehormatan yang terdiri atas lima puluh ksatria mengelilingi gerobak Lord Tywin, panji-panji merah berkibar dari tombak mereka. Para penguasa barat  mengikuti di belakang mereka. Angin menerpa panji mereka, membuatnya menari dan berkibar. Saat berlari mendahului rombongan itu, Jaime melewati babi hutan, luak, dan kumbang, panah hijau  dan sapi merah, tombak biasa dan tombak ...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 16 Samwell Laut membuat Samwell Tarly muak. Bukan takut tenggelam, meskipun itu pasti sebagian di antaranya, melainkan juga gerakan kapal, saat geladak berguling di bawah kakinya. “Perutku mual,” dia  mengaku kepada Dareon pada hari mereka berlayar dari Mata  Timur di Tepi  Laut.  Penyanyi itu menampar punggungnya dan berkata, "Dengan perut sebesar milikmu, Pembantai, itu sangat merepotkan." Sam mencoba untuk tetap menunjukkan wajah berani demi Gilly. Perempuan itu belum pernah melihat laut sebelumnya. Ketika mereka berjuang melewati  salju setelah melarikan diri dari kastel Craster, mereka telah tiba di beberapa danau, dan bahkan itu merupakan keajaiban baginya. Saat Blackbird menyelinap menjauh dari pantai, gadis itu mulai gemetar, dan air mata mengalir di pipinya. "Ya Tuhan," Sam mendengarnya berbisik. Mata Timur menghilang lebih dulu, dan Tembok semakin mengecil di kejauhan, hingga akhirnya ikut menghilang. Angin sudah mulai bertiup saat itu. Layarnya b...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 15 Brienne Dinding batu itu sudah usang dan runtuh, tetapi pemandangan di seberang lapangannya membuat bulu-bulu di leher Brienne berdiri. Di situlah para pemanah bersembunyi dan membunuh Cleos Frey yang malang, kenangnya . . . tetapi setengah mil lebih jauh, dia melewati dinding lain yang tampak  sangat mirip dengan yang pertama dan mendapati dirinya tidak yakin. Jalan yang rusak itu berbelok dan berkelok-kelok, dan pohon-pohon cokelat yang tandus tampak berbeda dengan pepohonan hijau yang diingatnya. Apakah dia sedang melewati tempat Ser Jaime mengeluarkan pedang sang sepupu dari sarungnya? Di mana hutan tempat mereka bertarung? Sungai kecil tempat mereka saling memercik dan menebas satu sama lain sehingga menarik perhatian Gerombolan Pemberani?  "My Lady? Ser?” Podrick sepertinya tidak pernah yakin harus memanggilnya apa. "Apa yang sedang Anda cari?" hantu. “Dinding yang pernah kulewati. Bukan masalah." Saat itulah Ser Jaime masih memiliki kedua tangannya. B...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 14 Kesatria Ternoda Malam itu sangat dingin, bahkan untuk musim gugur. Angin yang lembap cepat berputar-putar di gang, mengaduk debu hari itu. Angin utara dan penuh dingin. Ser Arys Oakheart menarik tudungnya menutupi wajah. Itu tidak akan membuatnya bisa dikenali. Dua minggu yang lalu, seorang pedagang telah dibantai di kota bayangan. Dia pria yang tidak berbahaya, datang ke Dorne untuk mencari buah dan  malah menemukan kematian, bukan kurma. Satu-satunya kejahatannya adalah karena berasal dari King's Landing. Massa akan menemukan musuh yang lebih tangguh dalam diriku. Dia seolah akan menyambut serangan. Tangannya melayang ke bawah untuk menyentuh gagang pedang panjang yang setengah tersembunyi di antara lipatan jubah linen berlapisnya, dengan bagian luar  bergaris-garis pirus dan deretan matahari keemasan, dan yang berwarna oranye terang di bawahnya. Pakaian ala Dorne itu nyaman, tetapi ayahnya akan terkejut seandainya ia masih hidup dan melihat putranya berpakaian sepe...

A feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 13 CERSEI "Oh, aku berdoa para dewa Tujuh Wajah tidak akan membiarkan hujan turun pada pernikahan raja,”kata Jocelyn  Swyft sambil mengikat tali gaun ratu. “Tidak ada yang mengingini hujan,” kata Cersei. Untuk dirinya sendiri, ia ingin hujan salju dan es, deru angin,  guntur mengguncang batu-batu kokoh  Benteng Merah. Dia ingin badai untuk menandingi kemarahannya.  Kepada Jocelyn dia berkata, “Lebih ketat. Pegang lebih erat, dasar kau bodoh dan malang.” Pernikahan itulah yang membuatnya marah, tetapi gadis lamban jenaka Swyft itulah yang lebih aman dijadikan sasaran. Kekuasaan Tommen atas takhta besi tidak membuat Cersei cukup aman untuk mengambil risiko menyinggung Highgarden. Tidak selama Stannis Baratheon memegang  Dragonstone dan Storm's End, selama Riverrun terus menentang, selama manusia besi berkeliaran di lautan seperti serigala. Jadi Jocelyn perlu lebih cepat menyediakan makanan untuk Cersei daripada yang disajikan untuk Margaery Tyrell dan nenekny...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 12 PUTRI KRAKEN Aula itu berisik dengan para Harlaw yang sedang mabuk. Mereka semua sepupu jauh. Setiap raja telah menggantung panjinya di belakang bangku tempat anak buahnya duduk. Terlalu sedikit, pikir Asha Greyjoy. Dia melihat ke bawah dari galeri. Terlalu sedikit. Bangku-bangku itu tiga perempatnya kosong. Qarl si Pelayan telah mengatakan banyak hal ketika kapal Angin Hitam mendekat dari laut. Dia telah menghitung kapal-kapal panjang yang ditambatkan di bawah  kastil pamannya, dan mulutnya terkatup rapat. "Mereka belum datang," dia mengamati, "atau mereka tidak cukup."  Dia tidak salah, tapi Asha tidak setuju dengannya. di luar, anak buahnya pasti mendengar.  Dia tidak meragukan pengabdian mereka, tetapi bahkan manusia besi akan ragu memberikan hidup mereka untuk alasan yang jelas-jelas tak ada. Apakah aku hanya memiliki begitu sedikit teman? 

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 11 SANSA Suatu ketika, sewaktu masih kecil, seorang penyanyi pengembara tinggal bersama mereka di Winterfell selama setengah tahun.  Dia seorang lelaki tua, dengan rambut putih dan pipi yang terlampau sering tergerus angin, tapi dia bernyanyi tentang para ksatria, pencarian, dan wanita  cantik. Sansa menangis getir ketika penyanyi itu meninggalkan mereka, dan memohon kepada ayahnya untuk tidak membiarkannya pergi.  "Pria itu telah memainkan untuk kita setiap lagu yang dia ketahui lebih dari tiga kali," kata Lord Eddard lembut. “Aku tidak bisa menahannya,  itu bertentangan dengan keinginannya. Kau tak perlu menangis. Aku berjanji padamu, penyanyi lain akan datang. " Namun, mereka tidak melakukannya selama satu tahun atau lebih. Sansa telah berdoa kepada Dewa Tujuh Wajah di kuil dan dewa-dewa lama di pohon utama, meminta mereka membawa lelaki tua itu kembali, atau lebih baik lagi  mengirim penyanyi lain, muda dan tampan. Namun, para dewa tidak pernah menjawab...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 10 Brienne Gerbang Duskendale tertutup dan terlarang. Dalam kegelapan dini hari, tembok kota berkilauan pucat. Sepanjang benteng kota, gumpalan kabut bergerak seperti penjaga  hantu. Selusin kereta barang dan gerobak sapi telah berhenti di luar gerbang, menunggu matahari terbit. Brienne mengambil tempat di belakang beberapa lobak. Betisnya kram, dan rasanya menyenangkan turun dari kuda dan meregangkan kaki. Tak lama kemudian, rombongan kereta barang lain datang bergemuruh dari dalam hutan. saat langit mulai bercahaya, antrian mundur sejauh seperempat mil. Para petani itu meliriknya penasaran, tetapi tidak ada yang mengajaknya berbicara. Aku punya hak untuk berbicara dengan mereka, Brienne berkata pada diri  sendiri, tapi dia selalu merasa sulit untuk berbicara dengan orang asing. Bahkan sebagai seorang gadis dia pemalu. Cemoohan selama bertahun-tahun hanya membuatnya semakin pemalu. Aku harus bertanya demi Sansa. Bagaimana lagi aku bisa menemukannya? Dia berdehem. "Ibu ya...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 9 JAIME Ser Jaime Lannister, serba putih, berdiri di samping usungan ayahnya, lima jarinya melingkari gagang pedang emas panjang. Saat senja, bagian dalam kuil agung Baelor berubah redup dan menakutkan. Cahaya terakhir hari itu turun melalui jendela-jendela tinggi, menyapu sosok  Tujuh Wajah yang menjulang tinggi dalam kegelapan merah. Di sekeliling altar mereka, lilin aroma berkedip-kedip sementara bayangan gelap berkumpul di bagian lengan kanan kuil dan merangkak tanpa suara di lantai  marmer. Gema lagu datar dan lembut menghilang saat pelayat terakhir pergi. Balon Swann dan Loras Tyrell tetap tinggal ketika yang lainnya telah pergi. “Tidak ada orang yang bisa tahan berdiri selama tujuh hari tujuh malam,” kata Ser  Balon. “Kapan terakhir kali Anda tidur, My Lord?” "Saat Yang Mulia Ayahku masih hidup," kata Jaime. "Izinkan aku malam ini berdiri menggantikanmu," Ser Loras menawarkan. "Dia bukan ayahmu." Kau tidak membunuhnya. Aku yang melakukannya. Ty...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 8 CERSEI Hujan dingin turun, membuat dinding-dinding dan kubu pertahanan Benteng Merah menjadi sepekat darah. Ratu memegang tangan raja dan menuntunnya  mantap melintasi halaman berlumpur ke tempat tandu menunggu dengan pengawalnya. "Paman Jaime bilang aku bisa menunggang kuda sambil melemparkan uang kepada rakyat kecil," anak laki-laki itu keberatan menggunakan tandu. “Apakah kau ingin kedinginan?” Cersei tidak akan mengambil risiko itu; Tommen tidak pernah sekuat Joffrey. “Kakekmu ingin kau terlihat selayaknya seorang raja. Kita tidak akan muncul di kuil agung dalam keadaan  basah dan berlumuran lumpur. ” Cukup buruk jika aku harus berkabung lagi. Hitam tidak pernah merupakan warna yang menyenangkan bagi Cersei. Dengan kulit cerah, dia tampak seperti mayat. Cersei bangun satu jam sebelum fajar untuk mandi dan merapikan rambutnya, dan dia tidak berniat membiarkan hujan  menghancurkan usahanya. Di dalam tandu, Tommen bersandar di bantal dan mengintip hujan yang masih...

A Feast for Crows (buku keempat A song of Ice and Fire)

Part 7 ARYA Di kejauhan, cahaya berpendar rendah di bawah cakrawala, menyinari kabut laut. "Kelihatannya seperti bintang," kata Arya. “Bintang rumah,” kata Denyo. Ayahnya meneriakkan perintah. Para pelaut bergegas naik turun dari tiga tiang tinggi dan bergerak di sepanjang tali-temali, menggulung  layar ungu tebal. Di bawah, para pendayung mengangkat dan menegang di atas dua tepian dayung besar. Geladak miring, berderit saat galea/galai (kapal berdesain rendah, digunakan dalam perang, perdagangan, dan perompakan) Putri Titan memutar haluan ke kanan  dan mulai berubah arah. Bintang rumah. Arya berdiri di haluan, satu tangan bertumpu pada boneka berlapis emas berwujud seorang gadis dengan semangkuk buah. Selama setengah detak jantung dia  membiarkan dirinya berkhayal bahwa rumahnyalah yang ada di depan. Tapi itu bodoh. Rumahnya lenyap, orang tuanya meninggal, dan semua saudara laki-lakinya terbunuh kecuali Jon Snow di Tembok. Ke sanalah dia ingin pergi. Dia sudah berkali-ka...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 6 Samwell Sam sedang membaca Yang berikutnya ketika melihat tikus itu. Matanya merah dan lembap. Aku seharusnya tidak terlalu menggosoknya, dia selalu berkata pada diri sendiri saat mengusap matanya. Debu membuatnya gatal  dan berair, debu ada di mana-mana di bawah sini. butir-butir debu memenuhi udara setiap kali halaman dibalik, dan beterbangan membentuk awan kelabu setiap kali Sam menggeser tumpukan buku untuk melihat apa  yang mungkin tersembunyi di bagian bawah. Sam tidak tahu sudah berapa lama sejak dia tidur terakhir kali, tapi tersisa kurang dari satu inci lilin lemak yang akan dia nyalakan ketika memulai dari  bundel compang-camping halaman-halaman yang longgar, yang diikat dengan benang. Dia sangat lelah, tetapi sulit untuk berhenti. Satu buku lagi, katanya pada diri sendiri, lalu aku akan berhenti. Satu folio lagi, satu lagi. Satu halaman lagi, lalu aku akan pergi istirahat dan makan. Tapi selalu ada halaman lain setelah itu, dan halaman lain setelah itu, ...

A Feast for Crows (buku keempat A song of Ice and Fire)

Part 5 Brienne "Aku sedang mencari gadis berusia tiga belas tahun,” katanya kepada seorang ibu dengan rambut beruban di samping sumur desa. “Seorang gadis bangsawan dan sangat cantik, bermata biru dan berambut pirang. Dia mungkin bepergian dengan seorang ksatria gemuk berusia empat puluh tahun, atau mungkin dengan seorang pelawak. Pernahkah kau melihatnya?” "Seingat saya, tidak ada, ser," kata ibu itu sambil menggaruk keningnya. "Tapi saya akan tetap memasang mata baik-baik." Pandai besi tidak melihatnya, begitu pula septon di kuil desa, penggembala babi, gadis yang sedang memetik bawang di kebunnya, ataupun penduduk lainnya yang ditemui oleh gadis Tarth itu di antara gubuk-gubuk  pulas-dan-pial Rosby. Dia tetap bersikeras. Ini jalan terpintas menuju Duskendale, kata Brienne pada diri sendiri. Jika Sansa datang ke sini, seseorang pasti telah melihatnya. Di gerbang kastil dia mengajukan pertanyaan kepada dua penombak yang lambangnya  menunjukkan tiga garis lengk...