Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Mengapa Wanita Memilih Menjadi Atlet?

Sebagian orang menganggap fisik wanita lebih rapuh daripada pria. Namun, saya sendiri tidak sepakat dengan pendapat tersebut. Alasannya karena saat ini banyak juga kaum Hawa yang memilih profesi sebagai atlet, yang tentunya membutuhkan fisik yang prima, karena mereka harus berlatih dan bertanding dalam jangka waktu yang panjang. Banyak sekali kita temui para wanita yang memilih jalan hidupnya sebagai olahragawati. Di Indonesia kita mengenal para Srikandi yang mengharumkan nama bangsa, dalam bulutangkis era sembilan puluhan ada Susy Susanti, yang meraih medali emas di Olimpiade Barcelona, sampai di olimpiade Tokyo dua tahun silam, dua perempuan mengharumkan Indonesia dengan raihan medali emas, yaitu Gresya Polie dan Apriani Rahayu. Di ankat besi kita mengenal Windi Cantika Aisyah, di sepakbola ada Zahra Musdilifah, dan masih banyak lagi olahragawati yang lainnya. Melansir liputan6.com, dalam pekan olahraga nasional Papua ada 2.787 wanita meramaikan ajang empat tahunan ini. Dalam kancah ...

Ladies First, Mengapa Kesetaraan Gender Masih Menuntut Perlakuan Spesial?

Kesetaraan gender kini menjadi perjuangan kaum perempuan. Namun, mengapa mereka masih saja ingin diperlakukan spesial? Saya acapkali mendengar frasa Ladies First yang ditujukan untuk kaum perempuan. Mereka harus diprioritaskan dalam segala hal. Mereka harus dilindungi dari ancaman. Mereka tidak boleh sampai diterlantarkan. Kaum perempuan selalu menjadi objek yang diprioritaskan. Misalnya, di kendaraan umum tersedia kursi khusus untuk penumpang perempuan. Mereka tidak protes, kok, dibeda-bedakan dengan penumpang lain. Justru, fasilitas tersebut tetap digunakan oleh mereka. Sebenarnya, hal itu wajar saja dinikmati. Namun, mengapa harus ada kesetaraan gender? Apakah segala keistimewaan yang sudah diterima masih kurang dari harapan? Kaum perempuan, kan, sudah diperlakukan spesial. Menurut saya  Kesetaraan gender bukanlah tentang meminta perlakuan spesial atau istimewa bagi kaum perempuan. Sebaliknya, itu adalah tentang memberikan kesempatan yang sama dan perlakuan yang adil tanpa meman...

Peran Perempuan Hasilkan Generasi Emas yang Berkualitas

Peran perempuan dalam membentuk generasi bangsa tidak dapat dipungkiri. Mereka memiliki tugas yang sangat vital dalam membentuk nilai-nilai kemanusiaan dan keberhasilan suatu bangsa. Sebab, lahirnya generasi bangsa yang baik sangat bergantung pada kemampuan perempuan dalam membangun fondasi moral dan etika yang kuat di dalam keluarga serta masyarakat.   Seiring berkembangnya zaman, beberapa perempuan mulai melupakan fitrah mereka sebagai ibu dan pengasuh anak. Mereka mungkin tidak mampu atau tidak ingin menjalankan peran tradisional tersebut, dan memilih menitipkan anak kepada orang tua atau bahkan menyewa pengasuh. Akibatnya, waktu yang dihabiskan bersama anak semakin sedikit dan anak mungkin menjadi lebih dekat dengan pengasuhnya daripada ibunya sendiri. Ksibukan perempuan dalam bekerja atau mengejar karir menjadikan perempuan tidak lagi memiliki waktu untuk memperhatikan buah hati mereka. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh anak juga menjadikan perempuan y...

A Feast for Crows (Buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 4 CERSEI  Dia bermimpi duduk di takhta Besi, jauh di atas mereka semua. Para anggota istana serupa tikus berwarna cerah di bawah. Para lord agung dan Lady terhormat berlutut di hadapannya. Ksatria muda pemberani meletakkan pedang mereka di kakinya dan memohon pertolongan. ratu  tersenyum pada mereka. Sampai si cebol itu muncul entah dari mana, menuding ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak. Para lord dan lady mulai cekikikan juga, menyembunyikan senyum di balik tangan mereka. Baru kemudian sang ratu menyadari bahwa dia telanjang. Karena ngeri, dia mencoba menutupi tubuhnya dengan tangan. Saat berjongkok demi menyembunyikan rasa malu, duri dan bilah takhta Besi menancapi dagingnya. Darah mengalir ke kaki saat gigi baja menggerogoti pantatnya. Saat mencoba berdiri, kakinya terpeleset melalui celah di logam yang bengkok. Semakin dia berjuang, semakin rakus tahta menelannya, merobek potongan daging dari payudara dan perutnya, mengiris lengan dan kakinya sampai licin dan merah...

A Feast for Crows (buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 3 Komandan Pengawal "Jeruk darahnya sudah hampir matang,” kata pangeran dengan suara letih ketika komandan mendorong kursi berodanya ke teras. Setelah itu dia tidak berbicara lagi selama berjam-jam. Soal jeruk itu memang benar. Beberapa telah berjatuhan pecah di atas marmer merah muda pucat. Aroma manis yang tajam memenuhi lubang hidung Hotah setiap kali dia menarik napas. Pastilah sang pangeran juga bisa mencium baunya saat duduk di bawah pepohonan di atas kursi beroda yang dibuatkan Maester Caleotte untuknya dengan bantal  bulu angsa dan roda kayu eboni dan besi yang bergemeretak. Untuk beberapa lama, satu-satunya suara yang terdengar adalah suara anak-anak yang memercik di kolam dan air mancur, lalu satu kali bunyi celepuk ketika jeruk berikutnya jatuh meletus di teras.  Kemudian, dari sisi jauh istana, komandan mendengar ketukan pelan sepatu bot di atas marmer. Obara. Dia tahu itu langkahnya; panjang, tergesa, gusar. Di kandang di dekat gerbang, kudanya pasti sudah be...

A Feast for Crows (buku keempat serial A Song of Ice and Fire)

Part 2 Sang Pengabar Sang Pengabar sedang membenanmkan orang-orang di Great Wyk ketika sejumlah orang berkuda datang untuk memberitahunya bahwa raja telah mati. Pagi itu suram, dingin, dan laut sekelam langit. Tiga pria pertama di antara empat orang yang dibenamkan itu telah mempersembahkan hidup mereka kepada Dewa Terbenam tanpa rasa takut, tapi yang keempat lemah iman dan mulai berjuang saat paru-parunya berteriak mencari udara. Berdiri sedalam pinggang di dalam ombak, Aeron mencengkeram pundak anak laki-laki telanjang itu dan mendorong kepalanya ke bawah saat mencoba menarik  napas. “Cobalah untuk berani,” katanya. “Kita berasal dari laut, dan ke laut kita akan kembali. Bukalah mulutmu dan minumlah berkat dewa. Isi paru-parumu dengan air, agar kau bisa mati dan terlahir kembali. Tidak  ada gunanya meronta. "

Emang Iya Perempuan Tidak Berlogika?

Perempuan makhluk perasa dan tidak berlogika adalah pernyataan yang bias dan stereotipikal tentang perempuan. Pernyataan ini didasarkan pada pandangan umum bahwa perempuan cenderung lebih emosional dan kurang logis dibandingkan dengan laki-laki. Namun, menurut gue pandangan ini kurang tepat dan tidak bisa digeneralisasi begitu aja. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki emosi, perasaan, dan pikiran yang kompleks. Kedua jenis kelamin sama-sama memiliki kemampuan untuk merasakan emosi dan memproses informasi dengan cara yang berbeda-beda. Perempuan dan laki-laki dapat merespon situasi dengan cara yang berbeda, tetapi ini tidak berarti bahwa satu jenis kelamin lebih emosional atau lebih logis daripada yang lain. Nyatanya ada aja kok perempuan yang lebih logis dari laki-laki, dan ada pula laki-laki yang lebih perasa dari perempuan. Sejarah telah membuktikan bahwa meskipun perempuan dianggap kurang mampu dalam bidang-bidang tertentu pada masa lalu, seiring waktu, semakin banyak perempuan ...

Inspirasi yang Justru Menjadi Ironi

Kata orang, perempuan biasanya hanya berkutat di dapur, mempercantik diri, dan melahirkan anak yang sehat. Padahal cara pandang seperti ini sudah terlalu ketinggalan zaman, kalau tidak mau disebut primitif. Mengapa bisa begitu? Karena dalam sejarahnya, banyak sekali perempuan yang berhasil mendobrak tatanan sosial yang ada, menjadi legenda bagi umat manusia. Dari Indonesia ada Kartini yang menyuarakan ide habis gelap terbitlah terang, Marya Ulfah yang berhasil merintis tatanan sosial berasas hukum yang adil. Belum lagi Ratu Kalinyamat, Ratu Sima, dan Ratu Shofiyah dari Aceh yang memantapkan diri di dalam pimpinan negeri yang menyejahterakan rakyatnya. Oh ya, jangan lupakan Laksamana Mala Hayati, Cut Nyak Dien, dan sejumlah ahli peperangan wanita lainnya. Masing-masing dari mereka cerdas dalam rimba pemikiran militer. Belum dari luar, seperti Habsesut dari Mesir, Elizabet I dan II, serta para maharani yang lain, yang sekuat tenaga mereformasi kerajaannya agar menjelma sebagai kerajaan y...

A Feast for Crows (Buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 1 Prolog "Naga,” kata Mollander. Dia mengambil apel layu dari tanah dan melontarkannya bolak-balik di antara kedua tangannya. 

Braille Literacy in Audio Technology Era

Since it was  founded in 1821, Braille writing system has opened up greater opportunities for the visually impaired to access unlimited information. They can read and write independently to improve their knowledge and skills, enjoy literary works, access news, and  even correspond with each other . In addition, with Braille, blind students have equal access to participate in education. Braille has also raised the social status of the visually impaired. Before the invention of the Braille system, people with visual disability were viewed not just as persons who do not have sight , but also as different species, more innocent and malleable individuals, even semi-finished creatures (Aviv, 2010). But now, Braille literacy allows the visually impaired to have a decent education. Unfortunately, the development of Braille usage is not as expected because not all blind people learn to use it. While people know that Braille system is the fundamental tool of written communication for ...