A Feast for Crows (Buku keempat A Song of Ice and Fire)

Part 4



CERSEI 



Dia bermimpi duduk di takhta Besi, jauh di atas mereka semua.

Para anggota istana serupa tikus berwarna cerah di bawah. Para lord agung dan Lady terhormat berlutut di hadapannya. Ksatria muda pemberani meletakkan pedang mereka di kakinya dan memohon pertolongan. ratu 

tersenyum pada mereka.

Sampai si cebol itu muncul entah dari mana, menuding ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak.

Para lord dan lady mulai cekikikan juga, menyembunyikan senyum di balik tangan mereka. Baru kemudian sang ratu menyadari bahwa dia telanjang.

Karena ngeri, dia mencoba menutupi tubuhnya dengan tangan. Saat berjongkok demi menyembunyikan rasa malu, duri dan bilah takhta Besi menancapi dagingnya.

Darah mengalir ke kaki saat gigi baja menggerogoti pantatnya. Saat mencoba berdiri, kakinya terpeleset melalui celah di logam yang bengkok.

Semakin dia berjuang, semakin rakus tahta menelannya, merobek potongan daging dari payudara dan perutnya, mengiris lengan dan kakinya sampai licin dan merah, berkilau. Dan sementara itu adiknya meringkuk di bawah, tertawa.

Kegembiraan masih menggema di telinga ratu saat dia merasakan sentuhan ringan di bahunya, dan tiba-tiba terbangun. Selama setengah detak jantung, tangan itu tampak seperti bagian dari mimpi buruk, dan Cersei berteriak, tapi itu hanya Senelle, pelayannya.

Wajah pelayan itu pucat pasi dan ketakutan.

Kami tidak sendiri, ratu menyadarinya.

Bayangan menjulang di sekitar tempat tidurnya, sosok-sosok tinggi dengan kalung rantai berkilauan di bawah jubah mereka. Orang-orang bersenjata tidak punya 

urusan di sini.

Di mana pengawalku? Kamar tidurnya gelap, hanya ada cahaya lentera salah seorang pendatang yang dipertahankan di tempat tinggi. Aku tidak boleh menunjukkan rasa 

takut.

Cersei menyibakkan rambutnya yang kusut dan berkata, "Apa yang kalian inginkan dariku?" Seorang pria melangkah ke cahaya lentera, dan ratu melihat jubah putihnya.

Jaime? Aku memimpikan seorang adik laki-laki, tetapi yang lainnya datang membangunkanku.

"Yang Mulia." Suara itu bukan milik adiknya. "Lord komandan memerintahkan untuk datang menjemput Anda." 

Rambutnya keriting, seperti milik Jaime, tapi rambut adiknya terbuat dari emas, seperti rambutnya sendiri, sedangkan pria ini berkulit hitam berminyak.

Dia menatapnya bingung. pria itu bergumam tentang kakus dan busur silang, dan menyebut nama ayahnya.

Aku masih bermimpi, pikir Cersei. Aku belum bangun, mimpi burukku juga belum berakhir.


Tyrion akan segera merayap keluar dari bawah tempat tidur dan mulai menertawakanku.

Tapi itu bodoh. Adik cebolnya itu berada di sel hitam, dihukum mati hari ini. Dia menatap tangannya, membaliknya untuk memastikan semua jarinya masih 

ada. Ketika dia mengusap lengannya, kulitnya merinding, tapi tidak rusak.

Tidak ada luka di kakinya, tidak ada luka di telapak kakinya. Sebuah mimpi, itu saja, sebuah mimpi.

Aku minum terlalu banyak tadi malam, ketakutan ini hanya kelakar yang lahir dari anggur. Akulah yang akan tertawa saat senja tiba.

Anak-anakku akan selamat, tahta Tommen akan aman, dan si adik kecilku yang sinting akan makin cebol dan membusuk.


Dengan bertumpu pada siku, Jocelyn Swyft mengangsurkan cangkir padanya. Cersei menyesap air yang dicampur dengan perasan lemon, begitu asam sehingga dia memuntahkannya.

Dia bisa mendengar angin malam menggetarkan daun jendela, dan dia melihat dengan kejernihan tajam yang aneh.

Jocelyn gemetar seperti daun, sama takutnya dengan Senelle.

Ser Osmund Kettleblack menjulang di atasnya. Di belakangnya berdiri Ser Boros Blount dengan lentera.

Di pintu ada pengawal Lannister dengan singa berlapis emas bersinar di puncak helm mereka.

Mereka juga tampak takut. Bisakah? ratu bertanya-tanya.

Mungkinkah itu nyata?

Dia bangkit, dan membiarkan Senelle membantu mengenakan jubah tidur ke bahunya untuk menyembunyikan ketelanjangannya.

Cersei mengikatnya sendiri, jari-jarinya kaku dan lamban. "Ayah menempatkan penjaga di sekelilingnya, siang dan malam," katanya. Lidahnya terasa menebal. Dia meneguk air lemon lagi dan mengoleskannya di sekitar mulutnya untuk menyegarkan napas.

Seekor ngengat masuk ke dalam lentera yang dipegang Ser Boros; dia bisa mendengarnya mendengung dan melihat bayangan sayapnya saat menabrak kaca.

"Para penjaga ada di pos mereka, Yang Mulia," kata Osmund Kettleblack. “Kami menemukan pintu tersembunyi di balik perapian.

Jalan rahasia. Lord komandan turun untuk menyelidiki di mana ujungnya."

“Jaime?” Kengerian mencengkeramnya, tiba-tiba seperti badai. “Jaime harus bersama raja. . . ”

"Anak laki-laki itu tidak disakiti. Ser Jaime mengirim selusin orang untuk mengawasinya. Yang Mulia sedang tidur dengan damai. "

Biarkan dia memiliki mimpi yang lebih indah dari mimpiku, dan saat bangun tidur yang lebih baik. "Siapa yang bersama raja?"

"Ser Loras mendapat kehormatan itu, Yang Mulia." 

Itu tidak menyenangkannya. Keluarga Tyrell hanyalah pengurus yang posisinya telah dinaikkan jauh di atas yang seharusnya oleh raja-raja naga. Keangkuhan

mereka dilampaui oleh ambisi mereka. Ser Loras mungkin serupawan yang diimpikan seorang gadis, tapi di balik jubah putihnya dia adalah Tyrell sampai ke tulang.

Sejauh yang dia tahu, buah busuk malam ini telah ditanam dan dipelihara di Highgarden.

Tapi itu kecurigaan yang tidak berani dibicarakannya  terang-terangan.

“Beri aku waktu sebentar untuk berpakaian. Ser Osmund, kau harus menemaniku ke Menara Tangan kanan raja. Ser Boros, Bangunkan para kepala penjara dan pastikan 

si cebol itu masih di selnya. "

Dia tidak akan menyebut namanya. Tyrion tidak akan pernah menemukan keberanian untuk mengangkat tangan melawan Ayah, katanya pada diri sendiri, tetapi dia 

harus yakin.

“Sesuai perintah Yang Mulia.” Blount menyerahkan lentera itu kepada Ser Osmund.

Cersei tidak senang melihat punggung orang itu. Ayah seharusnya tidak pernah mengembalikan jubah putihnya. Pria itu telah membuktikan dirinya pengecut.

Pada saat mereka meninggalkan benteng Maegor, langit telah berubah menjadi biru kobalt, meskipun bintang-bintang masih bersinar.

Semua kecuali satu, pikir Cersei. Bintang terang di barat telah jatuh, dan malam akan menjadi lebih gelap sekarang.

Dia berhenti di atas jembatan angkat yang membentang di parit kering, menatap ke bawah pada paku-paku.

Mereka tidak akan berani berbohong kepadaku tentang hal seperti ini.

"Siapa yang menemukannya?"

"Salah seorang pengawalnya," kata Ser Osmund. "Lum. Dia merasakan panggilan alam, dan menemukan majikannya di kakus."

Tidak, itu tidak mungkin. Itu bukanlah cara singa untuk mati. Anehnya, ratu merasa tenang.

Dia ingat pertama kali kehilangan gigi ketika dia masih kecil.

Tidak sakit, tapi lubang di mulutnya terasa sangat aneh sehingga dia tidak bisa berhenti menyentuhnya dengan lidahnya.

Sekarang ada lubang di dunia tempat Ayah berdiri, dan lubang itu harus diisi.

Jika Tywin Lannister benar-benar mati, tidak ada yang aman . . . paling tidak putranya di atas takhta.

Ketika singa jatuh, binatang yang lebih kecil bergerak masuk:

serigala dan burung nasar dan anjing liar. Mereka akan mencoba menyingkirkannya. Dia harus bergerak cepat, seperti saat Robert meninggal.

Ini boleh jadi ulah Stannis Baratheon, melalui pembunuh bayaran. Ini bisa menjadi awal dari serangan lain ke kota.

Dia berharap begitu. Biarkan dia datang. Aku akan menghancurkannya, sama seperti yang Ayah lakukan, dan kali ini dia akan mati.

Stannis tidak membuatnya takut, sama seperti Mace Tyrell.

Tidak ada yang membuatnya takut. Dia adalah putri karang, seekor singa. Tidak akan ada pembicaraan untuk memaksaku menikah lagi.

Casterly Rock adalah miliknya sekarang, dan semua kekuatan House Lannister. Tidak akan ada lagi yang tidak menghormatinya. Bahkan ketika Tommen tidak lagi 

membutuhkan seorang pemangku, Lady Casterly Rock akan tetap menjadi kekuatan di negeri ini.

Matahari terbit telah mewarnai puncak menara dengan warna merah cerah, tetapi di bawah dinding, malam masih meringkuk. Benteng luar begitu lengang sehingga dia akan percaya manakala dikatakan semua orang telah mati.

Mereka seharusnya begitu. Tidak pantas bagi Tywin Lannister untuk mati sendirian. Pria seperti itu layak mendapatkan pengiring untuk memenuhi kebutuhannya di neraka.

Empat penombak berjubah merah dan berhelm jambul singa ditempatkan di pintu Menara Tangan Kanan Raja.

“Tidak seorang pun boleh masuk atau keluar tanpa izinku,” katanya kepada mereka.

Perintah itu datang dengan mudah darinya. Ayahku juga memiliki nada baja dalam suaranya.

Di dalam menara, asap obor menyilaukan matanya, tetapi Cersei tidak menangis, tidak lebih dari yang mungkin dilakukan ayahnya.

Aku satu-satunya anak sejati yang pernah dia miliki. Tumitnya menggesek batu saat dia memanjat, dan dia masih bisa mendengar ngengat beterbangan dengan liar 

di dalam lentera Ser Osmund.

Matilah, sang ratu berpikir, kesal, terbanglah ke dalam nyala api dan selesai.

Dua lagi penjaga berjubah merah berdiri di atas tangga. Red Lester menggumamkan belasungkawa saat dia lewat.

Napas ratu menjadi cepat dan pendek, dan dia bisa merasakan jantungnya berdebar kencang.

Anak tangga, katanya pada diri sendiri, menara terkutuk ini memiliki terlalu banyak anak tangga. Dia sempat berpikir untuk meruntuhkannya.

Aula itu penuh dengan orang bodoh yang berbicara dengan berbisik, seolah Lord Tywin sedang tidur dan mereka takut membangunkannya.

Penjaga dan pelayan serentak mundur dari hadapannya, mulut-mulut terkunci. Dia melihat gusi merah muda dan lidah mereka yang bergoyang-goyang, tapi kata-kata 

mereka tidak lebih masuk akal daripada dengungan ngengat.

Apa yang mereka lakukan disini? Bagaimana mereka tahu? Secara hukum, mereka seharusnya memberitahunya lebih dulu daripada yang lain.

Dia adalah Ratu pemangku, apakah mereka sudah melupakan itu?

Di depan kamar tidur menara tangan kanan raja, berdiri Ser Meryn Trant dengan baju besi dan jubah putihnya.

Pelindung helmnya terbuka, dan kantung di bawah matanya membuatnya tampak masih setengah tertidur.

"Singkirkan orang-orang ini," kata Cersei padanya. “Apakah ayahku ada di kakus?”

"Mereka membawanya kembali ke tempat tidurnya, my Lady."

Ser Meryn mendorong pintu agar dia bisa masuk.

Cahaya pagi menerobos daun jendela untuk mengecat batang-batang emas di atas semak-semak yang berserakan di lantai kamar tidur.

Pamannya, Kevan, berlutut di samping tempat tidur, mencoba berdoa, tetapi dia hampir tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Penjaga berkerumun di dekat perapian. Pintu rahasia yang dibicarakan Ser Osmund terbuka lebar di balik abu, tidak lebih besar dari oven.

Orang itu harus merangkak. Tapi Tyrion hanya setengah manusia.

Pikiran itu membuatnya marah. Tidak, si cebol itu dikunci di sel hitam. Ini tidak mungkin pekerjaannya.

Stannis, katanya pada dirinya sendiri, Stannis ada di belakang ini semua. Dia masih memiliki pengikut di kota. Dia, atau Tyrells. . .

Selalu ada pembicaraan tentang jalan-jalan rahasia di dalam benteng merah. Maegor si bengis seharusnya membunuh orang-orang yang membangun kastil untuk merahasiakan pengetahuan mereka.

Berapa banyak kamar tidur lain yang memiliki pintu rahasia? Cersei tiba-tiba bisa melihat si cebol itu merangkak keluar dari balik permadani di kamar tidur 

Tommen dengan pisau di tangan. Tommen dijaga dengan baik, katanya pada diri sendiri. Tapi Lord Tywin juga dijaga dengan baik.


Sesaat dia tidak mengenali jasad itu. Dia memiliki rambut seperti ayahnya, ya, tapi ini pria lain, tentu saja, pria yang lebih kecil, dan jauh lebih tua.

Jubah tidurnya dinaikkan ke sekitar dada, meninggalkan bagian bawah pinggang dalam keadaan telanjang. Proyektil anak panah telah menghunjam ke selangkangan antara 

pusar dan kejantanannya, dan terbenam begitu dalam sehingga hanya fletching (pengontrol stabilitas panah) yang terlihat.

Rambut kemaluannya kaku bersimbah darah kering. Lebih banyak lagi yang membeku di pusarnya.

Aroma mayat itu membuat Cersei mengerutkan hidung.

"Singkirkan panah itu darinya," perintahnya.

"Dia adalah Tangan Kanan Raja!" Dan ayahku. Ayahku. Haruskah aku berteriak dan mengoyak rambutku? Mereka mengatakan Catelyn Stark mencakari wajah sendiri dengan batang berdarah ketika Frey membunuh Robb-nya yang berharga. Apakah kau akan menyukai itu, Ayah? dia ingin bertanya pada jasad ayahnya.

Atau apakah kau ingin aku tegar? Apakah waktu itu kau menangisi ayahmu sendiri?

Kakeknya telah meninggal ketika dia baru berusia satu tahun, tetapi dia tahu ceritanya.

Lord Tytos sangat gemuk, dan jantungnya pecah suatu hari ketika dia menaiki tangga ke tempat wanita simpanannya. Ayahnya sedang pergi ke King’s Landing ketika itu terjadi. Dia menjabat sebagai Tangan kanan Raja Gila. Lord Tywin sering pergi ke King’s Landing ketika dia dan Jaime masih kecil. Kalaupun ayahnya menangis, dia melakukannya di tempat di mana tidak ada yang bisa melihat air matanya.

Sang ratu bisa merasakan telapak tangannya tertancap oleh kuku sendiri. “Bagaimana kalian bisa membiarkannya seperti ini? Ayahku adalah tangan kanan bagi 

tiga raja, pria terhebat yang pernah menginjak Tujuh Kerajaan. Lonceng harus berbunyi untuknya, sebagaimana 

lonceng itu berbunyi untuk Robert. Dia harus dimandikan dan dikenakan pakaian yang sesuai dengan postur tubuhnya, dengan kain serabut emas dan sutra merah tua. 

Di mana Pycelle? Di mana Pycelle?” Dia menoleh ke penjaga.

“Puckens, bawa Maester Agung Pycelle kemari. Dia harus melihat Lord Tywin."

“Dia sudah melihatnya, Yang Mulia,” kata Puckens.

“Dia tadi datang dan melihat, lalu pergi untuk memanggil para saudari sunyi.”

Aku orang terakhir yang mereka beri tahu. Kesadaran itu membuatnya nyaris terlalu marah untuk berkata-kata. Dan Pycelle kabur untuk mengirim pesan alih-alih 

mengotori tangannya yang lembut dan keriput. Pria itu tidak berguna.

“Cari Maester Ballabar,” perintahnya. “Cari Maester Frenken. Siapa pun dari mereka." 

Puckens dan Shortear berlari untuk melaksanakan perintah.

“Di mana adikku?”

“Menuruni terowongan. Ada sebuah tiang, dengan anak tangga besi dipasang di bebatuan. Ser Jaime pergi untuk melihat seberapa dalam tempat itu. "

Dia hanya memiliki satu tangan, dia ingin meneriaki mereka. Salah satu dari kalian seharusnya pergi bersamanya.

Dia tidak berkewajiban menuruni tangga. Orang-orang yang membunuh Ayah mungkin ada di bawah, menunggunya.

Kembarannya selalu terlalu gegabah, dan tampaknya kehilangan tangan pun tidak mengajarinya untuk berhati-hati.

Dia baru akan memerintahkan para penjaga untuk menyusulnya dan membawanya kembali ketika Puckens dan Shortear kembali dengan seorang pria berambut abu-abu di antara mereka.

"Yang Mulia," kata Shortear, " dia ini mengaku sebagai maester."

Pria itu membungkuk rendah. “Bagaimana aku harus melayani Yang Mulia?”

Wajahnya samar-samar familier, meskipun Cersei

tidak bisa memastikan. Tua, tapi tidak setua Pycelle. Yang ini memiliki kekuatan dalam dirinya. Dia tinggi meski sedikit bungkuk, berkerut di sekitar mata birunya yang berani. Tenggorokannya

telanjang. "Kau tidak memakai kalung maester."

“Telah diambil dariku. Namaku Qyburn, jika itu menyenangkan Yang Mulia. Aku pernah merawat tangan adik Anda. "

Maksudmu tunggulnya. Dia mengingatnya sekarang. Dia datang dengan Jaime dari Harrenhal.

“Aku tidak bisa menyelamatkan tangan Ser Jaime, itu benar. Bagaimanapun, kecerdikanku menyelamatkan lengannya, mungkin saja hidupnya. Benteng mengambil rantaiku, 

tetapi mereka tidak dapat mengambil pengetahuanku. "

“Mungkin kau pun cukup,” dia memutuskan. “Jika kau mengecewakanku, kau akan kehilangan lebih dari satu kalung, aku berjanji . Singkirkan proyektil panah itu dari perut ayahku dan siapkan dia untuk saudari sunyi." 


"Sesuai perintah ratuku." Qyburn pergi ke samping tempat tidur, berhenti, melihat ke belakang. "Dan bagaimana aku harus menangani gadis itu, Yang Mulia?"

"Gadis?" Cersei telah mengabaikan jasad kedua. Dia melangkah ke tempat tidur, membuang tumpukan selimut berdarah, dan di sanalah dia, telanjang, dingin, dan 

merah jambu. . . kecuali wajahnya, yang telah menjadi hitam seperti wajah Joff di pesta pernikahannya. Sebuah rantai dari rangkaian tangan emas 

setengah terkubur di dalam daging tenggorokannya, terpelintir begitu erat hingga memecahkan kulitnya.

Cersei mendesis seperti kucing yang sedang murka. "Apa yang dia lakukan di sini?"

"Kami menemukannya di sini, Yang Mulia," kata Shortear. Itu pelacur si setan kecil."

Seolah itu bisa menjelaskan kenapa dia ada di sini.

Ayahku yang agung tidak pernah menggunakan pelacur, pikirnya. Setelah ibu kami meninggal, dia tidak pernah menyentuh wanita mana pun. Dia menatap penjaga itu dengan dingin.

"Ini bukan . . . ketika ayah Lord Tywin meninggal, dia kembali ke Casterly Rock untuk mencari seorang wanita semacam ini. . . yang mengenakan perhiasan dan salah satu gaun ibunya. Lord Tywin menanggalkan semua itu dari si perempuan, dan  benda-benda lainnya juga.

Selama dua minggu dia diarak telanjang di jalan-jalan Lannisport untuk mengakui kepada setiap orang bahwa dia seorang pencuri dan pelacur. Begitulah 

cara Lord Tywin Lannister berurusan dengan pelacur. Dia tidak pernah . . . wanita ini ada di sini untuk tujuan lain, bukan untuk. . . ”

"Mungkin Yang Mulia sedang menanyai gadis itu tentang majikannya," Qyburn mengemukakan pendapat. "Sansa Stark menghilang pada malam raja dibunuh, aku telah 

mendengarnya."

"Begitulah." Cersei menangkap saran itu dengan bersemangat. “Dia menanyainya, untuk memastikan. Tidak salah lagi."

Dia bisa melihat Tyrion melirik, mulutnya menyunggingkan seringai monyet di bawah hidungnya yang rusak. Dan adakah cara yang lebih baik untuk menanyainya selain telanjang dengan kaki terbuka lebar? si cebol itu berbisik. Begitulah caraku ketika ingin menanyainya juga.

Ratu berbalik. Aku tidak mau melihatnya.

Tiba-tiba rasanya terlalu berlebihan untuk berada di ruangan yang sama dengan mayat perempuan itu.

Dia mendorong Qyburn, melewatinya lalu  keluar ke aula.

Ser Osmund telah bersama saudara-saudaranya Osney dan Osfryd. “Ada mayat perempuan di kamar tidur Tangan kanan raja,” kata Cersei pada ketiga Kettleblack itu. 

"Tidak ada yang boleh tahu bahwa dia ada di sini."

Aye, my Lady. Ser Osney memiliki goresan samar di pipinya tempat pelacur Tyrion lainnya mencakar dia. "Dan apa yang harus kita lakukan padanya?"

“Jadikan dia makanan anjingmu. Jadikan dia teman di pembaringan. Apa peduliku? Dia tidak pernah di sini. Aku akan mengambil lidah siapa pun yang berani mengatakan dia telah berada di sini. Apakah kalian  mengerti yang kumaksud?"

Osney dan Osfryd bertukar pandang. "Aye, Yang Mulia."

Dia mengikuti mereka kembali ke dalam dan menyaksikan mereka membungkus gadis itu dengan selimut berdarah milik ayahnya. Shae, namanya Shae.

Mereka terakhir berbicara pada malam sebelum pengadilan duel dengan si cebol, setelah ular beludak Dorne itu tersenyum menawarkan untuk mewakilinya dalam pertarungan.

Shae telah menanyakan tentang beberapa perhiasan yang diberikan Tyrion padanya, juga janji-janji tertentu yang dapat dibuat Cersei, seorang pria di kota dan seorang kesatria untuk menikahinya. Ratu menjelaskan bahwa pelacur itu tidak akan memiliki apa-apa darinya sampai dia memberi tahu mereka ke mana perginya Sansa Stark.

“Kau adalah pelayannya. Apakah kau berharap aku percaya bahwa kau tidak tahu apa-apa tentang rencananya?" katanya.

Shae pergi sambil menangis.


Ser Osfryd menyandang mayat yang dibundel itu di atas bahunya.

"Aku ingin rantai itu," kata Cersei.

“Pastikan kau tidak menggores emasnya.” Osfryd mengangguk dan mulai menuju pintu. 

"Tidak, jangan melalui halaman. Dia menunjuk ke arah jalan rahasia. Ada lubang menuju ruang bawah tanah. Lewat sana. "

Saat Ser Osfryd berlutut di depan perapian, cahaya bersinar di dalam, dan ratu mendengar suara-suara.

Jaime muncul membungkuk seperti wanita tua, sepatunya mengeluarkan jelaga dari perapian terakhir Lord Tywin. "Minggir," katanya pada para Kettleblack.

Cersei bergegas ke arahnya. “Apakah kau menemukan mereka? Apakah kau menemukan pembunuhnya? Berapa banyak?”

Pasti lebih dari satu. Satu orang saja tidak dapat membunuh ayahnya.

Wajah kembarannya terlihat kuyu. “Terowongan itu menuju ke sebuah ruangan tempat setengah lusin terowongan bertemu. Mereka ditutup oleh gerbang besi, dirantai dan dikunci. Aku perlu menemukan kuncinya. " Dia 

melihat ke sekeliling kamar tidur. “Siapa pun yang melakukan ini mungkin masih bersembunyi di dinding. Di belakang sana labirin, dan gelap."

Cersei membayangkan Tyrion merayap di antara dinding seperti tikus yang mengerikan. Tidak. Kau konyol. si cebol itu ada di selnya. “Palu dinding ini. 

Hancurkan menara ini, jika itu harus. Aku ingin mereka ditemukan, siapa pun yang melakukan ini. Aku ingin mereka dibunuh."

Jaime memeluknya, tangannya yang sehat menekan punggung Cersei. Jaime berbau abu, tapi matahari pagi menyinari rambutnya, membuatnya bersinar keemasan. 

Ratu ingin meraih wajahnya untuk sebuah ciuman. Nanti, katanya pada diri sendiri, nanti dia akan datang kepadaku untuk minta penghiburan. "Kita adalah ahli 

warisnya, Jaime," bisiknya. “Sekarang diserahkan pada kita untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kau harus mengambil tempat Ayah sebagai Tangan Kanan Raja. Kau 

pasti memahaminya sekarang. Tommen akan membutuhkanmu. . . ”

Jaime memaksa menjauh darinya dan mengangkat lengan, mendaratkan tunggulnya ke wajah ratu. “Tangan kanan tanpa tangan kanan? Lelucon yang buruk, Kak. Jangan minta 

aku untuk memerintah. "

Paman mereka mendengar perbantahan itu. Qyburn juga, dan Kettleblacks, bergulat dengan bundel mereka melalui abu. Bahkan para penjaga mendengar, Puckens dan 

Hoke si Kaki Kuda dan Telinga Pendek. Kejadian itu akan menyebar ke seluruh kastil saat malam tiba. Cersei merasakan panas di pipinya. "Memerintah? Aku tak mengatakan apa-apa tentang memerintah. Aku akan memerintah 

sampai anakku dewasa. "

“Aku tak tahu siapa yang lebih patut dikasihani," kata adiknya. "Tommen atau Tujuh Kerajaan?"

Cersei menamparnya. Lengan Jaime terangkat untuk menahan pukulannya secepat kucing. . . tetapi kucing ini memiliki tunggul yang cacat sebagai pengganti 

tangan kanannya.

Jari-jarinya meninggalkan bekas merah di pipi Jaime. Suara itu membuat paman mereka berdiri.

“Ayah kalian terbaring mati di sini. Tak adakah sopan-santun untuk membawa pertengkaran kalian ke luar?"

Jaime memiringkan kepalanya meminta maaf. “Maafkan kami, Paman. Kakakku sakit karena kesedihan. Dia melupakan dirinya sendiri."

Cersei ingin menamparnya lagi. Aku pasti sudah gila karena mengira dia bisa jadi Tangan Kanan Raja.

Aku akan segera menghapuskan jabatan itu. Kapan Tangan kanan raja pernah memberikan sesuatu selain kesedihan?

Jon Arryn meletakkan Robert Baratheon di tempat tidur ratu. Sebelum meninggal pun, Jon Arryn mulai mengendus tentang Jaime dan dirinya juga.

Eddard Stark melanjutkan tepat di tempat yang ditinggalkan Arryn; tindakan ikut campurnya telah memaksa ratu melepaskan diri dari Robert lebih cepat dari yang diinginkannya, sebelum dia bisa menangani saudara-saudaranya yang lain.

Tyrion menjual Myrcella ke Dorne, menjadikan salah seorang putranya sebagai sandera, dan membunuh yang lain.

Dan saat Lord Tywin kembali ke King’s Landing. . .

Tangan Kanan berikutnya harus tahu tempatnya, janjinya pada diri sendiri. Ser Kevan-lah orangnya. Pamannya tidak kenal lelah, bijaksana, sangat patuh. Dia 

bisa mengandalkannya seperti ayahnya.

Tangan kanan tidak membantah penguasa. Cersei memiliki hak untuk memerintah, tetapi dia membutuhkan orang-orang baru untuk membantunya menjalankan pemerintahan.

Pycelle sangat suka menjilat, Jaime telah kehilangan keberaniannya bersama tangan pedangnya, dan Mace Tyrell serta kroninya, Redwyne dan Rowan, tidak dapat dipercaya.

Setahunya, mereka bertiga mungkin punya andil dalam kejadian ini. Lord Tyrell pasti tahu bahwa dia tidak akan pernah memerintah Tujuh Kerajaan selama Tywin Lannister masih hidup.

Aku harus bergerak hati-hati terhadap yang seorang itu.

Kota ini penuh dengan anak buahnya, dan dia bahkan berhasil menanam salah satu putranya dalam pasukan Pengawal Raja, dan bermaksud menempatkan putrinya di tempat tidur Tommen.

Hal yang masih membuatnya marah bahwa Ayah telah setuju untuk menjodohkan Tommen dengan Margaery Tyrell. Gadis itu dua kali usianya dan dua kali menjanda.

Mace Tyrell mengaku putrinya masih perawan, tapi Cersei meragukannya. Joffrey telah dibunuh sebelum dia bisa meniduri gadis itu. Akan tetapi dia telah menikah dengan Renly lebih dulu. . .

Seorang pria mungkin lebih suka rasa hippocras, namun jika kau meletakkan secangkir ale di hadapannya, dia akan menandaskannya dengan cukup cepat.

Dia harus memerintahkan Lord Varys untuk mencari tahu apa yang bisa diketahuinya. Kesadaran itu menghentikan dia di tempatnya berdiri. Dia telah melupakan 

Varys. Varys seharusnya ada di sini.

Dia selalu ada. Setiap kali terjadi sesuatu yang penting di Benteng Merah, si kasim akan muncul entah dari mana.

Jaime ada di sini, Paman Kevan juga, dan Pycelle telah datang dan pergi, tapi Varys tidak.

Jemari dingin menyentuh tulang punggungnya. Dia adalah bagian dari ini. Dia pasti takut bahwa Ayah bermaksud memancung kepalanya, jadi dia menyerang lebih dulu.

Lord Tywin tidak pernah menyukai ahli pembisik yang suka tersenyum bodoh.

Dan jika ada orang yang tahu rahasia Benteng Merah, itu pasti ahli pembisik.

Dia pasti punya alasan yang sama dengan Lord Stannis. Bagaimanapun, Mereka melayani bersama dalam majelis Robert. . .

Cersei melangkah ke pintu kamar tidur, ke Sir Meryn Trant.

"Trant, bawakan aku Lord Varys. Buat dia menjerit dan terpelintir jika perlu, tapi jangan sampai terluka. ”

“Sesuai perintah Yang Mulia.”

Tidak lama setelah seorang pengawal raja pergi, yang lain kembali. Wajah Ser Boros Blount memerah dan terengah-engah karena terburu-buru menaiki tangga. "Hilang," dia terengah-engah saat melihat ratu. Dia berlutut 

dengan satu kaki. “Setan kecil . . . selnya terbuka, Yang Mulia. . . tidak ada tanda-tanda keberadaannya di mana pun. . . ”

Mimpi itu benar. "Aku memerintahkan," katanya. “Dia harus dijaga, siang dan malam. . . ”

Dada Blount naik-turun. “Salah seorang penjaga juga hilang. Rugen, namanya. Dua pria lain yang kami temukan sedang tidur. "

Hanya itu yang bisa dia lakukan, tidak berteriak. “Kuharap kau tidak membangunkan mereka, Ser Boros. Biarkan mereka tidur. "

"Tidur?" Dia mendongak, dengan wajah murung dan bingung. “Aye, Yang Mulia. Berapa lama lagi— "

"Selama-lamanya. Pastikan bahwa mereka tidur selamanya, ser. Aku tidak akan membiarkan penjaga tidur saat berjaga."

Dia ada di dinding-dinding ini. Dia membunuh Ayah seperti membunuh Ibu, seperti membunuh Joff.

Si cebol akan datang untuknya juga, sang ratu tahu, seperti yang dijanjikan wanita tua itu dalam keremangan tenda itu. 

Aku tertawa di wajahnya, tapi dia memiliki kekuatan. Aku melihat masa depanku dalam setetes darah. Kejatuhanku. Kakinya lemah seperti air. 

Ser Boros mencoba meraih lengannya, tetapi ratu menghindari sentuhannya. Dari semua yang dia ketahui, orang ini mungkin salah seorang makhluk Tyrion. "Menjauhlah dariku," katanya. "Menjauhlah!" Dia terhuyung-huyung.

"Yang Mulia?" kata Blount. “Perlukah saya mengambilkan secangkir air?”

Yang kubutuhkan darah, bukan air. Darah Tyrion, darah pengkhianat. Obor berputar di sekelilingnya.

Cersei memejamkan mata, dan melihat si cebol itu menyeringai padanya. Tidak, pikirnya, tidak, aku hampir menyingkirkanmu. Tapi jari-jari si si cebol telah menutupi lehernya, dan Cersei bisa merasakannya mulai mengunci.



Penulis: George R.R. Martin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Content Creator Bangga Berliterasi: Wujudkan Asa dan Peluang Berkarya

Info Kompetisi Narasi Disabilitas Dalam Rangka HDI dan Hari HAM Internasional 2024