Pejuang Penuh Kontroversi dengan Senjata Sastrawi
“kriteria satu-satunya bagi seorang sastrawan adalah hati nuraninya sendiri. Kebebasan harus digugat untuk mengembalikan hak dan harkatnya sebagai manusia yang merdeka.” Demikian ungkapan Mochtar Lubis, sastrawan sekaligus jurnalis dan aktivis terkemuka angkatan 1960-an ketika diwawancarai oleh majalah Horison pada 1989. Prinsip ini pernah dituangkan dalam salah satu cerpennya yang berjudul “Bromocorah”, yang dimuat dalam majalah Horison, No. 7, tahun 1982. Penulis yang berkali-kali dipenjara, baik oleh pemerintah Orde Lama maupun Orde Baru ini, berjuang dengan caranya sendiri, yang bisa dikatakan cukup menarik sekaligus berbahaya saat itu. Alih-alih mengecam bangsa penjajah, dia lebih berfokus pada menuliskan kebejadan-kebejadan pemimpin bangsa sendiri, yang dianggapnya sebagai sumber keresahan. Dalam buku ANTOLOGI: BIOGRAFI TIGA PULUH PENGARANG SASTRA INDONESIA MODERN karya ...