Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Larik Syair Hidupku

Namaku Barokah. Dalam keluarga aku biasa dipanggil Okah. Sering kali namaku membuat orang salah paham. Entah sudah berapa orang yang mengira aku seorang wanita. Itulah mengapa, di dunia maya aku menggunakan nama Yuda Wira Jaya, dengan panggilan Yuda. Nama yang semula hanya iseng belaka, kini malah seperti identitas sejati dalam diri. Memang unik. Rata-rata kawan akrabku, yang tadinya merupakan kawan di dumay  , tetap memanggilku Yuda ketika kami bertemu langsung, walau tidak sedikit dari mereka yang sudah mengetahui nama asliku. Aku terlahir di Wonosobo, 20 Desember 1997, dari pasangan Amin Sugito dan Rokhayah. Aku merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, dan hanya aku satu-satunya yang memiliki keterbatasan penglihatan. Sejak kecil aku memang sudah terlahir tak sempurna. Akan tetapi, alhamdulillah aku dapat diterima dengan baik oleh mereka walau awalnya ibuku hampir saja dilanda depresi yang berat begitu menyadari anak bungsunya kali ini tidak sama dengan kakak-k...

Esai Mencinta Bukan Terpaksa

Di semester lima ini, saya mulai merasa lelah dengan kegiatan perkuliahan. Sebab, hampir setiap hari tugas berdatangan. Artinya, setiap pekan pasti ada saja yang harus dikumpulkan. Walaupun ada tugas yang dikumpulkan pekan depan, tetapi mata kuliah lain, kan, tidak sama batas waktunya. Ada yang diberi waktu dua hari sampai tiga hari. Bahkan ada juga hanya beberapa jam. Masalahnya tugas yang batas waktu pengerjaannya beberapa jam sampai tiga hari itu, pasti ada di setiap pekan. Kalau dihitung dari sepuluh mata kuliah yang saya ambil, minimal setiap pekan itu harus mengumpulkan lima tugas. Namun, itu baru tugas individu. Apakah tugas kelompok tidak ada? Tentu ada, dong! Sejauh ini, ada enam tugas kelompok dari enam mata kuliah. Seperti biasa tugasnya itu membuat salindia, makalah, dan presentasi. Perhitungan ini masih sementara. Entahlah setelah ujian tengah semester nanti akan ada berapa banyak tugas lagi. Saya tidak merasa salah pilih jurusan, kok. Sejak awal saya sudah mencintai dunia...

Corat-coret Tanpa Makna Part II

Kawan, masih ingatkah corat-coretku beberapa hari lalu yang tanpa makna itu? Jika masih, sebaiknya lupakan saja. Sejatinya aku bukan orang yang senang mempertunjukkan kelemahan di depan umum. Jangankan kelemahan sendiri, kelemahan orang lain pun, termasuk mereka yang kurang kuberikan respect, enggan kudemonstrasikan di ruang publik, baik dunia nyata maupun dunia maya. Kalau aku adalah penyerang dalam sebuah tim sepak bola, pasti aku dianggap tidak punya naluri pembunuh (killer insting), dan itu buruk bagi tim. Segala keluh kesahku kemarin tidak patut diapresiasi, tidak layak menjadi alasan bagi siapa pun untuk menghabiskan waktu membacanya. Mungkin ada yang bilang itu bukanlah kelemahan. Aku setuju, itu memang bukan kelemahan, melainkan ketidakberdayaan. Hahahaha, sama saja, bukan? Aku tidak akan membela diri. Aku punya terlampau banyak sifat buruk, yang akhirnya memerangkapku dalam dilema berkepanjangan. Contohnya sedang terjadi beberapa waktu belakangan ini.  Sebagaimana kucerita...

Corat-coret Tanpa Makna Part I

Pengorbanan memang selalu mahal harganya. Kalau tidak mahal, bukan pengorbanan namanya. Ketika memutuskan untuk berkorban, maka segala konsekuensinya akan menampar-nampari hidup kita. Di antara beribu konsekuensi tersebut, dilema adalah yang terberat. Bukan. Ini bukan dilema antara memilih surga atau dunia. Seandainya pilihannya semudah itu? Kali ini aku tak seberuntung itu. Pilihannya adalah antara berkorban demi seseorang yang telah mendampingiku seumur hidupku, bahkan sebelum aku dilahirkan (ibu), atau demi seseorang yang telah menyertaiku seumur hidupku, bahkan tentu hingga akhir hayatku (diriku). Tak pernah aku didera kegamangan sebrutal ini. Tiap kali ingin menyingkirkannya dari pusat sistem kerja otak dan benakku, tampaknya aku sedang bermain squash. Semuanya hanya memantul dan memental. Ya Tuhan, mengapa aku harus menerima pilihan sulit ini? Tak adakah jalan tengah yang menguntungkan semua pihak? Aku mau saja menuruti permintaan ibu, tapi aku tak kuasa menanggung risiko berbaga...

Kenalan Dengan Karmina

  Halo, Sobat Pelintas! Bagaimana kabar di hari ini? Harapan selalu sehat ya. Ahya, kali ini kita akan kenalan dengan karmina. Siapa itu karmina? Ups, salah! Yang benar, apa itu karmina. Yang jelas, dia bukan saya. Hehehe. Garing ya? Ojehlah, daripada penasaran, mending langsung ke pembahasan.  Karmina merupakan salah satu jenis puisi lama. Karmina hampir sama dengan pantun, karena itu ia disebut juga pantun dua serangkai atau pantun kilat.  Ciri-Ciri 1. Setiap karmina terdiri atas satu bait 2. Dalam satu bait tersebut terdiri atas dua larik 3. Larik satu berupa sampiran, sedang larik dua merupakan isi 4. Berima aa  Berikut adalah contoh-contoh karmina: Duduk di tikar bermain gitar Mau pintar harus belajar Batu karang di atas bukit Jadi orang jangan pelit Anak itik di tepi hutan Yang cantik pasti perempuan Ke Solo membeli paku Yang jomlo bukan tak laku Main gitar di halaman Orang sabar disayang Tuhan Si Delilah sedang mengganbar Tulislah karmina di komentar Pak Gian ...