Ketakjuban Hari Pertama Pascalibur Lebaran

Suasana kantor setelah libur sangat panjang kali ini sungguh sesuai ekspektasi. Semua orang larut dalam suasana riang gembira, penuh senda gurau, dan tentu saja—ini yang paling kutunggu—berbagi kue sisa Lebaran. Mungkin karena terbawa suasana, aku lantas mampu melakukan hal yang di hari-hari lain nyaris mustahil. Aku dengan elegan berani berinisiatif mengulurkan tangan kepada rekan-rekanku untuk bersalaman. Mengucapkan mohon maaf lahir batin tentu bukan hal sulit bagiku. Inisiatif untuk bersalaman itulah yang tak terduga bisa kulakukan. Jujur, aku terlampau canggung untuk memulai sebuah interaksi, sesepele apa pun itu di mata orang lain.

Tentu aku menyadari, sikap seperti ini tidak mungkin bisa kuterapkan kepada semua orang. Ketika menghadapi rekan-rekan sesama disabilitas netra, misalnya, aku harus bisa berinisiatif karena kami mengandalkan indra auditori untuk menyadari kehadiran satu sama lain. Jika hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun, lantas berharap mereka akan menyapamu lebih dulu, jangan harap interaksi akan terjadi, kecuali kalau mereka memang secara khusus bermaksud menemuimu. Bukan karena tak acuh atau sombong, itu semata lantaran mereka tidak menyadari kehadiranmu. Mungkin tidak semua disabilitas netra seperti itu. Konon, ada juga yang mampu merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya meski orang tersebut tidak mengumumkan kehadirannya. Apalagi kalau si disabilitas netra tadi memang masih punya sisa penglihatan alias low vision, kemungkinan besar dia masih mampu mendeteksi secara visual.

Kembali ke suasana kantorku tadi, ada hal lain lagi yang menurutku sangat menarik. Mendadak terdengar kehebohan di depan ruanganku, tepatnya ke arah depan gedung. Jujur saja, suara heboh itu nyaris menyamai dampak yang timbul akibat kemunculan seorang artis idola. Jeritan-jeritan histeris memekakkan telinga, tawa terpingkal membahana di mana-mana .... Spontan orang-orang yang tadi riuh di dalam ruangan, kini berhamburan keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. Rupanya sebagian besar pegawai sedang ramai mengerumuni sebuah gerobak. Gerobak itu milik pedagang bubur keliling yang, sebelum bulan Ramadan, setiap pagi beredar di dalam kantor ini. Para pegawai tadi sedang meluapkan kerinduan terhadap jajanan favorit mereka. Ini sungguh menakjubkan! Jajanan tradisional seperti bubur kacang hijau, bubur ketan hitam, bubur jagung, dan kawan-kawannya itu ternyata mampu membuat gempar seisi kantor dengan kehadirannya.

Tampaknya para pegawai merasa sedang bernostalgia setelah tidak bertemu sebulan lebih dengan hidangan tersebut. Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat gerobak itu nangkring lagi di depan gedung kantor kami. Begitu spesialnya momen hari pertama masuk kerja setelah libur Lebaran kali ini. Bagaimana di sekolah/kampus/tempat kerja para Pelintas?

 

Penulis: Fugy 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Content Creator Bangga Berliterasi: Wujudkan Asa dan Peluang Berkarya

Info Kompetisi Narasi Disabilitas Dalam Rangka HDI dan Hari HAM Internasional 2024