Merayakan Hari Sastra Indonesia, Lintas Belajar Berdeklamasi
Membaca puisi alias berdeklamasi bukan sekadar menyuarakan rangkaian lirik yang tertera. Lebih dari itu, membaca puisi melatih kepekaan—terutama pada bunyi, makna, dan rasa yang terselubung di balik tiap huruf dan simbol. Dengan pemahaman mendalam, pendeklamasi mampu menyampaikan pesan dari sebuah puisi secara efektif.
Inilah yang coba diasah dalam kelas baca puisi bertajuk Berpuisi Merayakan Diri yang diselenggarakan oleh Komunitas Lintas pada 3–5 Juli 2025. Kelas ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan Hari Sastra Indonesia yang jatuh setiap 3 Juli. Kali ini, Lintas menghadirkan penyair terkemuka tanah air,
Syaifuddin Gani, sebagai mentor. Melalui kelas ini, Komunitas Lintas berupaya meluaskan pengalaman berliterasi para disabilitas netra.
“Kelas baca puisi ini baru pertama kali dilaksanakan oleh Komunitas Lintas. Kalau menulis puisi sudah beberapa kali,” ungkap Kak Iin selaku ketua Komunitas Lintas pada pembukaan kegiatan. “Karena itu, kali ini Lintas ingin merambahi semesta literasi lebih luas dan lebih dalam lagi.”
Dalam kelas yang berlangsung secara daring ini, peserta tidak hanya mendapatkan teori dan definisi deklamasi ataupun kiat mengikuti lomba, tetapi juga kesempatan untuk mempraktikkannya secara langsung. Praktik pembacaan puisi dimulai pada pertemuan ke-2 ketika Syaifuddin Gani—akrab disapa Bang Fuddin—memandu para peserta menirukan huruf-huruf vokal yang dilafalkannya secara lantang. Latihan ini melatih peserta memperjelas artikulasi dan intonasi.
Pada pertemuan ke-3, tiap peserta diminta membawakan sebuah puisi secara utuh. Lantunan puisi dari para peserta menghadirkan suasana syahdu dalam ruang Zoom yang terasa hangat dan akrab.
“Saya sangat terkesan dengan kelas baca puisi kali ini
karena suasana kelas yang hangat dan seru. Mentornya begitu asyik dan friendly.
Selain itu, tidak terlalu banyak teori yang dipaparkan—malah kami diberi banyak
kesempatan untuk praktik langsung. Itu membuat saya tertantang membaca puisi
secara langsung, disimak oleh mentor dan seluruh peserta.
Yang tak kalah keren, mentor juga menceritakan pengalamannya selama
berproses—mulai dari membaca puisi, menulis puisi, hingga membacakan karyanya
sendiri. Beliau telah menorehkan banyak prestasi di kancah dunia, khususnya
Asia.
Semoga semangat beliau yang menyala-nyala untuk terus menggaungkan cinta
terhadap seni baca puisi juga menyala dalam hati kami.
Terima kasih kepada Komunitas Lintas yang telah menyelenggarakan kelas baca
puisi tahun ini. Semoga kegiatan ini berkesinambungan dan makin banyak
teman-teman yang tertarik belajar membaca puisi dengan hati yang penuh cinta,”
papar Rini, peserta asal Yogyakarta, via pesan Whatsapp.
Sementara itu, masih via Whatsapp, peserta lain bernama Devi asal Purwakarta juga mengungkapkan kesan dan harapannya.
“Luar biasa, keren, dan ini adalah hal yang baru yang pernah diadakan oleh Komunitas Lintas maupun komunitas lainnya. Kegiatan ini memberikan saya ilmu baru: bagaimana melatih vokal, artikulasi, dan ekspresi yang tidak berlebihan dalam membaca puisi. Semoga ke depannya kegiatan ini berlanjut dan bisa menjadi wacana untuk pelatihan baca puisi atau sejenisnya.”
Bang Fuddin, selaku mentor, pun mengungkapkan kesan mendalamnya.
“Pertemuan dengan teman-teman dari Komunitas Lintas ini sangat spesial, cukup menyentuh, dan membuat kita makin manusiawi dalam tingkah laku di tengah masyarakat.”
Ia juga menekankan bahwa siapa pun, dari latar belakang apa pun, memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk berkarya:
“Ini pertama kalinya saya bertemu dengan teman-teman dari Komunitas Lintas ‘Literasi Tanpa Batas’ yang dengan keterbatasan tertentu ternyata punya semangat tanpa batas. Ini momen yang menghubungkan saya dengan siapa pun, dari mana pun. Kita semua punya kesempatan serta hak yang sama untuk berkarya dan mengekspresikan diri seperti yang lain,” pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar