Peluncuran+Bedah Buku Lemari Kisah Kami, Ruang Inklusif Berbagi Perspektif, Kreativitas, dan Pemikiran Kritis








Sabtu, 24 Mei 2025 menjadi momen bersejarah bagi dunia literasi tanah air, khususnya Komunitas Lintas. Bagaimana tidak? Hari itu Komunitas Lintas secara resmi meluncurkan buku karya perdana mereka berjudul Lemari Kisah Kami. Buku ini merupakan sebuah antologi cerpen yang diramu oleh 12 penulis berbakat sebagai hasil kelas cerpen yang telah dilaksanakan oleh Komunitas Lintas dua tahun lalu, tepatnya April—Juli 2023.

Setelah melalui berbagai tahap, akhirnya Lemari Kisah Kami berhasil diterbitkan dan diluncurkan dalam sebuah acara bertajuk Peluncuran & Bedah Buku Lemari Kisah Kami. Kegiatan ini diselenggarakan via daring oleh Komunitas Lintas dan menghadirkan tiga narasumber: Salman Alade(penulis, penyair, sekaligus akademisi bidang kebahasaan selaku pembicara utama), Darmawati Majid (penulis, peneliti bahasa, mentor kelas kepenulisan, sekaligus editor buku Lemari Kisah Kami), dan Ibe S. Palogai (penulis, seniman, akademisi, manejer proyek pada Penerbit Kabisat [penerbit buku Lemari Kisah Kami]).

 

Tidak sekadar merayakan terbitnya sebuah antologi cerpen, acara ini juga menghadirkan ruang berbagi inspirasi, wawasan, dan semangat berkarya bagi para pencinta literasi. Dengan menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh di bidang literasi, diskusi pun menjadi lebih mendalam dan penuh warna.

 

 

“Buku ini menjadi bukti bahwa dengan dukungan dan akses yang diberikan, juga semangat dari Teman-Teman yang terlibat di dalamnya, mereka mampu menghadirkan karya yang menggugah dan layak mendapatkan panggung di dunia sastra,” ungkap Salman.

Dia juga sempat memberi sekilas beberan tentang buku Lemari Kisah Kami. “Kalau Anda berpikir buku ini menjual kesedihan kaum difabel, saya sarankan untuk buka halaman pertamanya. Bersiaplah untuk ditampar lembut oleh humor, kejujuran, dan cerita-cerita yang ternyata sangat dekat dengan hidup kita.”

Penyair yang baru saja menjadi mentor kelas puisi di Komunitas Lintas pada 3—17 Mei 2025 itu juga menegaskan, buku Lemari Kisah Kami merupakan bukti bahwa sastra milik semua orang. “Literasi itu adalah hak, bukan privilege. Maka marilah kita dengarkan kisah mereka, bukan karena mereka difabel atau punya keterbatasan, melainkan manusia dengan kisah-kisah yang tentu layak didengar.”

 

 

Sementara itu Darmawati Majid, atau akrab disapa Kak Darma, mengungkapkan rasa haru atas pencapaian Komunitas Lintas sejauh ini. Dia kemudian mengenang bagaimana awal terbentuknya Komunitas Lintas pada 2019. Ketika itu dia dan ketua Komunitas Lintas saat ini, Iin Saputri, bertemu di Bandung, lalu terlibat dalam diskusi tentang pembentukan sebuah grup kepenulisan yang terdiri atas penyandang disabilitas. “Kak Iin pasti ingat, ya, awal mula kita merancang dan berpikir bagaimana kita membuat komunitas untuk Teman-Teman agar bisa berkarya dengan segala keterbatasan yang kita miliki,” tutur salah seorang pendiri Komunitas Lintas itu.

Dikisahkan juga bahwa ide awal terbangunnya Komunitas Lintas sangat sederhana. “Waktu itu kami hanya ingin membuat suatu grup kepenulisan yang konsisten via Wa. Karena itu sebenarnya kami berdua tidak percaya bisa sampai di tahap ini, ketika Teman-Teman bisa terpajang namanya di sampul buku,” lanjut penerima beasiswa LPDP jenjang S-3 itu dengan suara bergetar.

 

Kak Darma juga menekankan tentang pentingnya kemampuan dan komitmen meracik ide bagi penulis. “Teman-Teman ini pemula yang hebat dan bersemangat. Biasanya buat penulis pemula, hambatannya kalau bukan kekurangan ide, malah kebanyakan ide. Tapi sebanyak apa pun ide yang kita punya, kalau tidak mau menuliskannya, ya tidak bisa jadi penulis.”

 

Tentang antologi cerpen Lemari Kisah Kami, penulis yang mengawali kariernya sebagai salah seorang emerging writer pada perhelatan Ubud Writers and Readers Festival 2018 itu menyampaikan bahwa cerita-cerita dalam buku ini lahir dari kejujuran. “Beginilah seharusnya ketika kisah itu mulai diceritakan ... dari pengalaman yang paling dekat. Kita memang bisa berimajinasi, tetapi ketika menuliskan sesuatu yang dekat, kita akan tahu detailnya seperti apa, aromanya bagaimana, bentuknya bagaimana ... jadi cerita kita bisa lebih hidup.”

 

Kak Darma berpesan agar siapa pun yang ingin jadi penulis tidak perlu ragu. “Kalau nanti ada yang bilang, ‘kok tulisanmu remeh?’ Balikin saja, ‘Ini bukuku, mana bukumu?’” Intinya, jangan pernah mundur dari cita-cita jadi penulis hanya karena takut dikritik atau malu terhadap kemampuan sendiri.

 

 

Sebagai perwakilan pihak penerbit, Ibe S. Palogai menyoroti soal kesetaraan akses. Dia menyatakan bahwa yang terpenting dari suksesnya penerbitan buku Lemari Kisah Kami adalah terwujudnya aksesibilitas yang sama bagi semua.

 

“Kami sangat senang ketika Kak Iin menawari kami untuk menerbitkan buku karya Komunitas Lintas ini. Waktu itu, Teman-Teman di Kabisat merespons dengan sangat antusias karena lagi-lagi ini tentang akses yang bisa kami upayakan,” papar pendiri Institut Sastra Makassar itu.

 

“Ketika pertama kali membaca buku ini, saya merasa ini bukan sekadar hasil penulisan kreatif, tetapi juga upaya kolaboratif yang tumbuh karena adanya proses saling percaya. Kepercayaan semacam itu bisa terbangun antara penulis, editor atau fasilitator, dan ruang-ruang yang memungkinkan semua suara itu bekerja secara adil,” lanjut Ibe.

 

 

Menurut Ibe, sedari awal, yang difokuskan oleh penerbit Kabisat bukan sekadar memberi ruang bagi disabilitas untuk berkarya, melainkan juga memastikan bahwa ruang bersama ini dibangun atas dasar prinsip kesetaraan. “Kami percaya bahwa tiap orang atau entitas berhak menentukan cara bercerita dan menyampaikan dunianya,” tegas penyair yang juga sempat mengampu kelas puisi di Komunitas Lintas pada September 2024 itu.

 

 

Tidak hanya ketiga pembicara, sejumlah penulis buku Lemari Kisah Kami pun sempat berbagi perspektif dan kebahagiaan. Salah satunya diungkapkan oleh Zhizie, penulis berbakat asal Palu, Sulawesi Tengah.

 

 “Alhamdulillah, ini buku pertama saya dan langsung bareng dengan sebelas teman lainnya dari Lintas yang juga hebat-hebat. Jadi saya bangga, senang, dan bahagia banget akhirnya bisa melahirkan buku bareng mereka,” ujar Zhizie. Menurutnya, prompter yang diberikan mentor pada kelas menulis cerpen, yang merupakan cikal bakal tersusunnya buku Lemari Kisah Kami, membuatnya tertantang. “Tertantang karena aku tuh sebenarnya tipe orang yang kalau menulis gak suka pakai outline atau kerangka. Seringkali ketika sampai di tengah tulisan, muncul ide baru sehingga ceritanya malah belok.”

 

Zhizie juga merasa bangga karena niat untuk membuat karyanya melekat dalam ingatan pembaca ternyata berhasil. “Aku senang banget tadi pas sesi bedah buku, Kak Salman bisa ingat sama prompter-ku yang donat itu.”

 

 

Penulis lainnya, Ikhwan Khanafi, mengungkapkan bahwa buku Lemari Kisah Kami merupakan buku pertama yang ditulisnya, tetapi bukan yang pertama terbit. Usai kelas cerpen bersama Komunitas Lintas kala itu, dia membuat kumpulan cerpen yang diprakarsai oleh guru-gurunya. Ikhwan juga membeberkan sekelumit isi cerpennya yang berjudul Pilihan Hati, salah satu naskah dalam buku Lemari Kisah Kami. “Waktu itu saya masih SMA, tokoh-tokoh dalam naskah itu juga SMA ... memang romance dan dunia remaja itu punya kaitan yang luar biasa. Antara percintaan, jati diri, dan pergaulan sangat saling berpadu.”

 

“Semoga buku ini bermanfaat dan bisa dinikmati banyak orang. Juga pastinya akan lahir buku-buku selanjutnya dari Komunitas Lintas,” ujar Ikhwan ketika ditanya tentang harapannya terhadap buku Lemari Kisah Kami.

 

 

 

 

Membuka Ruang untuk Bertumbuh

Lebih dari sekadar peluncuran, acara ini menjadi wadah bagi peserta untuk mengembangkan pemahaman dan jejaring. Dengan semangat yang ditanamkan oleh Komunitas Lintas, literasi tak sebatas membaca dan menulis, tetapi juga menjadi jembatan untuk membangun inklusivitas, kreativitas, dan pemikiran kritis.

 

Ramaditya Adikara, Seorang novelis terkemuka tanah air dari kalangan disabilitas yang kali ini jadi peserta, menyampaikan apresiasinya terhadap buku Lemari Kisah Kami dan para penulisnya. “Kalau 12 orang ini sampai menulis solo, hancur karier saya,” guraunya. “Kita memang sudah seharusnya keluar dari pakem bahwa kalau penulisnya disabilitas, otomatis tulisannya tentang disabilitas juga.”

 

Acara Peluncuran & Bedah Buku Lemari Kisah Kami juga dihadiri peserta dari kalangan nondisabilitas. Seorang di antaranya, Muh. Nur Ardiansyah, menanggapi sangat positif kegiatan ini.

“Pertama saya sangat berterima kasih kepada Komunitas Lintas yang telah menyelenggarakan kegiatan yang sangat inspiratif, terutama Kak Iin yang telah memperkenalkan dan memberikan kesempatan kepada saya untuk bergabung dalam acara Peluncuran dan Bedah Buku Lemari Kisah Kami,” tulisnya via pesan Whatsapp usai acara. Dalam pesan itu dia juga berharap agar kegiatan semacam ini bisa terus dilaksanakan. “Saya berharap acara seperti ini dapat terus diselenggarakan dan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus mencintai literasi dan berkarya."

 

“Kedua Saya sangat terkesan dengan antusiasme dan semangat para pembicara utama dan penulis Lemari Kisah Kami. Mereka semua sangat berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam dunia literasi dan kepenulisan,” lanjutnya. “Terakhir saya berharap kegiatan seperti ini dapat terus terselenggarakan, di mana pun dan kapan pun, sebab literasi adalah nadi kehidupan. Literasi tanpa batas!” pungkas jurnalis media Inspirasi Nusantara itu.

 

Lain lagi dengan Afif Alqaf, peserta nondisabilitas dari Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Regional Sulsel dan Gorontalo. Dalam sesi diskusi dia mengutarakan niat untuk meliput kegiatan-kegiatan Lintas dan akan menayangkannya dalam wwebsite mereka. “Kami punya ruang khusus bagi Teman-Teman mahasiswa dalam forum itu, yang punya minat di bidang jurnalistik. Oleh karena itu, kami izin meliput kegiatan ini dan berpartisipasi di kegiatan-kegiatan selanjutnya sebagai bentuk promosi sekaligus sebagai upaya memberi dan menyosialisasikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya penghargaan terhadap hak-hak penyandang disabilitas.”

 

Usai sesi bedah buku, tibalah pada puncak perayaan dan momentum bersejarah, peluncuran secara resmi buku Lemari Kisah Kami. Peluncuran ini didahului penayangan video kutipan-kutipan cerpen dalam buku Lemari Kisah Kami. Video ini memberikan gambaran mendalam tentang isi buku sebelum pembaca benar-benar menjelajahi setiap cerpen di dalamnya. Masyarakat dapat menikmati video cuplikan cerpen ini di kanal Youtube dan media-media sosial Komunitas Lintas.

 

Rupanya perayaan momentum bersejarah Komunitas Lintas kali ini tidak hanya spesial lantaran menghadirkan narasumber, penulis, pembawa acara, moderator, serta peserta yang aktif dan berkualitas. Demi mewujudkan literasi inklusi sehingga bisa dinikmati semua kalangan, Komunitas Lintas juga menghadirkan dua juru bahasa isyarat (JBI) untuk mengalihbahasakan tiap komunikasi verbal ke dalam bahasa isyarat. Ini membuktikan keseriusan komitmen Komunitas Lintas untuk membangun literasi yang lebih inklusif.

 

Penantian selama dua tahun berakhir sudah. Buku perdana Komunitas Lintas telah diluncurkan ke tengah khalayak. Namun, sebagaimana disampaikan Kak Iin dalam sambutannya, ini bukanlah kemenangan akhir sebuah perjuangan, melainkan langkah awal bagi para penulis untuk merambahi semesta literasi yang lebih luas. Tak lupa Kak Iin juga mengucapkan selamat kepada dua belas penulisAkbar A.P., Aksara Senja, Zhizie, Ikhwan Khanafi,  Aidha, Pitpit, Nawala Aji Pradana, Sumayyah Mar'atusy Syahidah, Lintang Rahayu, Linatun Nisa, Henry Setiawan, dan Fitri Ayu Wulandari.

 

Catatan penting:

Bagi yang ingin mendapatkan Buku Lemari Kisah Kami, bisa menghubungi WhatsApp di 082396401707. Dengan harga Rp85.000 saja, kamu sudah bisa menikmati dan menyerap energi positif yang terpancar dari tiap kisah dalam laci-lacinya.

 

Dapatkan konten menarik lainnya dengan mengikuti akun-akun media sosial Lintas di:

 

Instagram: @Lintas_Literasi

Facebook: Pelintas Literasi

Kanal Youtube: @Literasi_Tanpa_Batas17

Website: https://www.lintasliterasi.my.id/

 

 

Yang ingin bergabung di grup Whatsapp jejaring Lintas, silakan klik

Media Jejaring Lintas 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Narasikan Hatimu, Tulis Puisimu!