Efek Diksi pada Ajakan Bertindak dalam Copywriting
Saya baru saja membaca buku yang ditulis oleh seseorang yang lebih dari 40 tahun telah berkarier di dunia pertelevisian tanah air, khususnya TVRI. Salah satu hal menarik menurut saya dalam buku itu adalah anjuran bagi para penyampai informasi di televisi untuk senantiasa menggunakan kata-kata yang positif dan menghindari impresi negatif. Misalnya, gunakan kata-kata, "ingatlah" alih-alih "jangan lupa dan "pastikan untuk menyaksikan" alih-alih "jangan sampai ketinggalan ...".
spontan saya teringat bahasa-bahasa dalam copiwriting (wara) yang begitu sering lewat di medsos . Betapa sering saya menemukan kata-kata yang tidak dianjurkan tadi dalam ajakan bertindak di akhir informasi promosi itu. Saya langsung berpikir, apakah si pembuat copywriting ini memang tidak dibekali pengetahuan seperti yang dijelaskan si penyiar senior tadi, ataukah memang nilai kata-kata itu sudah bergeser maknanya seiring perubahan zaman sehingga tidak berpengaruh lagi kepada impresi pembaca/pemirsa? Jujur, selama ini saya pun ketika membuat atau mengedit naskah copywriting, acap pula menggunakan kata-kata yang tidak disarankan tadi. Saya belum tahu akan adanya imbauan semacam itu sebelum membaca buku ini. Namun, dari segelintir artikel dan pelatihan menulis wara yang pernah saya baca dan ikuti, sejujurnya belum ada imbauan seperti yang dicetuskan oleh newscaster kawakan tadi. Sebagai penyimak, terus terang, apa pun frasa yang digunakan oleh copywriter, asalkan tidak bertele-tele, menurut saya bukan masalah. Yang terpenting adalah efek "ajakan bertindak" yang ditimbulkan oleh frasa-frasa itu. Kalau mampu setidaknya mengajak pembaca, itu berarti bagus, demikian pula sebaliknya. Apalagi jika mampu mengikat mereka untuk tidak berpaling ke produk atau jasa lain yang serupa, itu menakjubkan.
Direktur utama Narabahasa, Ivan Lanin, dalam setiap kelas kepenulisan wara yang diampunya, selalu menekankan kalimat singkat dan sederhana dalam penyusunan copywriting. Selain itu, dia juga menganjurkan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang bisa menyentuh emosi penyimaknya. Sejalan dengan itu, sebuah artikel pada website Pijar Mahir Enterprise (platform pendidikan di bawah naungan Telkom Indonesia) menyebutkan, “People will forget what you say, but people would never forget how you make them feel." Dari kutipan itu bisa disimpulkan bahwa menuliskan kata-kata yang menyentuh bisa membuat konsumen merasa terikat dan tidak akan berpaling ke produk yang lain.
Adapun frasa yang paling kerap saya gunakan dalam naskah copywriting, antara lain, "tunggu apa lagi", "jangan mau ketinggalan", "manfaatkan kesempatan ini". Bagaimana dengan Pelintas sekalian? Adakah kata/frasa/kalimat ("ajakan bertindak)", yang bisa membatalkan niat Teman-Teman membeli atau menggunakan produk/jasa yang memang kalian butuhkan?
Penulis: Iin Saputri
Komentar
Posting Komentar