Beberapa Keutamaan Bulan Ramadan--Versi Si Nonmuslim

Meskipun nonmuslim, sejak kecil saya hidup di lingkungan umat muslim. Rumah saya selalu berada di tengah-tengah permukiman warga muslim. Begitu juga saat bersekolah, kecuali ketika SMA dan pascasarjana. Saat duduk di bangku SMA, saya bersekolah di SMU Kristen. Saat melanjutkan pendidikan pascasarjana di luar negeri, saya tidak pernah menanyakan agama teman-teman kuliah saya. Apakah mereka justru tidak beragama sebagaimana sebagian besar warga di negara maju? Entahlah. Akan tetapi, di tempat sewaan saya waktu itu, teman-teman saya semuanya muslim. Mereka semua sesama WNI.

 

Hidup di antara warga muslim membuat saya mengenal yang namanya bulan puasa alias Ramadan. Suatu periode yang sangat menyenangkan menurut saya! Ada atmosfer unik yang tidak mampu saya deskripsikan dengan apa pun ketika menjelang, memasuki, dan menutup periode tersebut dengan perayaan Idul Fitri.

Ada keseruan-keseruan yang tidak dapat ditemukan di bulan-bulan lain. Menerima antaran takjil dari tetangga, ikut terbangun dini hari lantaran teriakan “sahur!” berulang-ulang dari masjid dekat rumah, menghabiskan sore hari menjelang buka puasa dengan mendengarkan siaran-siaran radio yang sangat menarik dan memang dirancang untuk hanya diadakan sepanjang bulan Ramadan ... sungguh sangat berkesan.

 

Saya ingat, beberapa waktu lalu, ada sebuah stasiun radio yang memproduksi drama radio bertajuk “BCR” (Balada Cinta Ramadan). Meski hanya berdurasi 12-15 menit, ceritanya sangat memikat, berkisah tentang lika-liku kehidupan para remaja ibu kota. Saya tidak tahu, apakah stasiun radio itu masih melanjutkan drama radio singkat itu sampai sekarang. Maklum, sudah jarang mendengarkan siaran radio.

Selain pengalaman-pengalaman itu, tentu saja, ketika saya masih bersekolah, saya paling suka dengan program libur puasa yang diberlakukan pemerintah. Bahkan, ketika saya telah jadi ASN (pegawai pemerintah), ternyata ada juga program pengurangan jam kerja selama bulan Ramadan. Wah, asyik, bukan?

 

Karena lama berdomisili di Cimahi, Jawa Barat, saya jadi tahu dan sempat beberapa kali berpartisipasi dalam salah satu tradisi turunn temurun masyarakat Sunda dalam menyambut bulan suci Ramadan, yakni “munggahan”. Tentang tradisi ini, lebih jauh akan kita bahas kapan-kapan saja, ya. Intinya, dalam tradisi ini, sebuah keluarga besar atau komunitas akan berkumpul dan makan bersama beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadan. Kantor tempat saya bekerja waktu itu selalu mengadakan tradisi ini. Bahkan, ada beberapa orang di antara pemimpin lembaga itu yang mengeluarkan kebijakan untuk memberikan semacam “uang saku” kepada seluruh karyawan pada acara munggahan. Makanya, uang itu diistilahkan sebagai “uang munggahan”. Jadinya, saya pun ikut menikmati makan-makannya, juga uangnya, hehehe.

 

Satu hal lagi yang membuat bulan Ramadan sangat menarik adalah bahwa orang-orang di rumah saya, terkhusus ibu, jadi terbangun kreativitasnya. Beliau jadi ingin berjualan apa saja yang kira-kira banyak dicari orang selama periode tersebut. Mulai dari es batu sampai takjil pun pernah beliau buat sendiri dan dijual di depan rumah. Kalau tidak habis, tentu sayalah yang akan menikmatinya, hehehe.

 

Nah, teman-teman pelintas, pasti kalian juga punya pengalaman unik seputar bulan Ramadan, ‘kan? Kami tunggu ceritamu di kolom komentar, ya ....

 

 

Penulis: Iin Saputri


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Content Creator Bangga Berliterasi: Wujudkan Asa dan Peluang Berkarya

Info Kompetisi Narasi Disabilitas Dalam Rangka HDI dan Hari HAM Internasional 2024