AKU PERCAYA

Aku percaya, bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Aku percaya jika Allah sudah berkehendak, tidak akan ada yang mampu melawan takdir-Nya.

Hari ini semua umat Islam di seluruh dunia bahagia menyambut kehadiran bulan yang sangat istimewa, yaitu bulan Ramadan. Seperti kebanyakan umat Muslim di seluruh belahan bumi lainnya, aku juga gembira menyambut bulan suci ini. Mungkin ini bisa menjadi Ramadan yang sangat menantang bagiku, karena menjalankan ibadah Ramadan di tengah-tengah kerasnya latihan dan juga sengitnya pertandingan yang terus aku jalani. Ditambah lagi harus meyakinkan semua orang, bahwa aku masih  bisa menampilkan permainan terbaik seperti hari-hari saat tidak berpuasa. Hari ini semua pemain Roma FC melakukan sesi latihan seperti biasa yaitu pukul delapan pagi sampai dua belas siang, dilanjut latihan sore jam lima sampai delapan malam.

Ayo lebih semangat lagi!” teriakan seperti itu sering terdengar dari Josep Mourinho pelatih kami, yang selalu memberikan arahan kepada anak asuhnya.

Saat istirahat, semua pemain langsung berlari ke arah tas masing-masing untuk mengambil minum. saat mereka asik dengan minumannya, aku pun hampir mengikuti kawan-kawanku. tiba-tiba aku teringat, bahwa hari ini aku sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Aku pun langsung menyerahkan air itu kepada Gabriel, yang ada disebelahku.

Tumben kamu gak minum, Dan? Biasanya kamu bisa menghabiskan satu botol ini dengan sekali tegukan,” ucap Anthonio kepadaku.

Pagi sampai mmalam ini aku tidak boleh minum, bro,

Kenapa, Dan kok gitu? Kok ada larangan minum segala, siapa yang melarangnya? Awas nanti kamu dehidrasi kalau gak banyak minum,

“Aku gak minum karena lagi puasa, paling nanti jam sembilan malam aku baru makan dan minum,”

Puasa, apa itu? Apa nanti kamu gak kelaparan? Kok ada sih ibadah yang seperti itu?” tanyanya heran.

aku mencoba menjelaskan tentang puasa dan segala sesuatu yang bisa membatalkan ibadah yang mulia ini.

Oalah gitu, apa kamu kuat Dan? Puasa? Akhir-akhir ini latihan kita kan semakin berat,

Ya aku akan mencoba sebisanya, toh nanti kalau gak kuat, aku juga tidak puasa.

Berat memang menjalankan puasa di Eropa, apalagi buat pemain sepakbola seperti aku ini. Bagaimana tidak, jam tiga pagi  sudah harus makan sahur, jam sembilan malam baru berbuka. Berat memang, tapi aku yakin, Allah akan menggantinya dengan ganti yang setimpal dengan perjuanganku.

Bagaimana sudah siap kah kalian menghadapi babak vinal Copa Italia besok malam?” tanya coach Josep.

Siap Coach!” teriak kami satu suara.

Bagus kalau begitu, aku suka dengan semangat kalian. Aku sangat mengharapkan penampilan yang terbaik dari kalian. Ingat tim yang kita hadapi adalah AC Milan lo, tim dengan segudang prestasi, ditambah para pemain dan pelatih Milan yang sudah kenyang pengalaman bermain di partai final, jadi aku akan memainkan siapa yang paling siap diantara kalian, baik siap secara fisik maupun sikologis.”

Inilah sosok Josep Mourinho, seorang pelatih yang sangat teliti dalam mempersiapkan sebuah pertandingan, dia tidak segan untuk menegur pemainnya yang tidak semangat saat berlatih. tidak peduli apakah dia pemain utama maupun cadangan, jika pada satu hari menjelang pertandingan kok ada yang kurang semangat dalam berlatih, siap-siap untuk menjadi penghangat bangku cadangan saat pertandingan.

Lima jam sebelum pertandingan final menghadapi AC Milan dilangsungkan, coach Josep mengumumkan sebelas pemain utama yang akan bertempur. semua pemain pun cukup kaget dengan pemain pilihannya,karena aku tidak masuk kedalam sebelas pemain pilihan untuk partai final ini. hal yang mengejutkan memang, karena aku adalah pemain yang cukup sering mencetak gol. ya bisa dibilang aku adalah topskor kedua setelah Gabriel.

Loh, Zidan gak main Coach? Dia kan menjadi salah satu andalan Roma FC, kok tidak dimainkan?” ucap Anthonio kapten kesebelasan.

tentunya dia kaget jika aku tidak dimainkan, karena biasanya aku menjadi teman satu fisi di lapangan.

Kamu masih Tanya, kenapa aku tidak memainkan Zidan? Apa kamu tidak sadar, semenjak dia puasa permainannya tidak seperti biasanya! Sudahlah, kalian jangan banyak Tanya! Kalian itu tugasnya bermain tidak usah mengurusi taktik. Lagi pula, salah dia sendiri, kenapa harus berpuasa menjelang pertandingan sepenting ini.

Aku hanya terdiam mendengarkan alasan darinya. Ternyata itu yang menjadi penyebab aku tidak dimasukan dalam pemain utama. Tapi biarlah, aku tidak akan meninggalkan kewajibanku sebagai seorang Muslim.

 


 

Stadion Sansiro penuh dengan teriakan kegembiraan, ketika Mario Maldini mencetak gol ke gawang Roma FC pada menit ke lima puluh, kedudukan pun AC Milan unggul satu kosong. Pertandingan memasuki menit ke delapan puluh, ketika Gabriel, pemain andalan kami mengalami cidera karena mendapatkan tendangan dari pemain lawan. untung bagi kami, karena masih ada satu lagi pergantian pemain yang bisa dilakukan. Saat itu coach Josep menghampiriku, sambil berkata

Ayo kamu masuk, Dan! Gantikan itu si Gabriel.  tapi awas kamu jangan mengecewakan aku dan buktikan bahwa puasamu itu tidak menghalangi permainan terbaikmu,”

Baik, Coach, Insyaallah saya akan memberikan yang terbaik bagi Roma FC. Tapi saya minta, seandainya besok anda melatih pemain Islam lagi, anda harus memberikan kebebasan kepada dia untuk beribadah,” teriakku kepadanya.

Tim kami mendapatkan tendangan bebas, seperti biasa Anthonio mengambil tendangan itu. dia pun menunjukku untuk bersiap-siap di depan gawang AC Milan. Saat itu aku berkata di dalam hati

Ya Allah, ijinkanlah aku untuk membuktikan diri bahwa ibadahku ini tidak menghalangiku untuk bermain maksimal, dan berikanlah kado terindah bagi keluarga dan agamaku menjelang hari raya idul fitri ini.”

Benar saja, bola itu mengarah tepat ke kepalaku. Tampa berpikir lama, aku langsung menyundulnya.

“Goool!”

Teriakan seluruh pendukung kami. Kedudukan pun menjadi imbang kembali. scor itu  bertahan sampai waktu normal habis. Pertandingan pun dilanjutkan ke babak tambahan waktu.

Menit terus berjalan, Roma FC selalu dalam tekanan AC Milan. Duel keras tak dapat terhindarkan, hingga aku berhasil merebut bola dari Maldini yang akan memasuki kotak penalty kami. Aku langsung menggiring bola itu sampai ke depan kotak penalty AC Milan, setelah ada ruang yang kosong, aku lalu menembak bola itu sekeras mungkin.

Gooool ... Goooool!

Seisi Stadion meneriakan kata yang sama dengan ekspresi yang berbeda. Pendukung Roma FC yang tidak lebih dari lima ribu itu gembira menyambut gol dariku, Sementara pendukung AC Milan yang tidak kurang dari enam puluh ribu menyambut gol itu dengan ekspresi wajah bingung. Pertandingan itu selesai dengan skor dua satu, Roma FC pun berhasil menjadi juara Copa Italia untuk pertama kalinya. Aku pun di beri gelar pemain terbaik di Copa Italia tahun ini.

Lagu We Are The Champions berkumandang di seisi Stadion Sansiro ini, pemain, pelatih, dan fans kami bernyanyi gembira. Saat semua tim Roma FC sedang berpesta, aku mengambil sajadah dan bersujud di atas lapangan. Aku tidak peduli dengan tatapan aneh dari seisi Stadion.

Alhamdulillah, ternyata di akhir Ramadan ini karunia-mu sangatlah besar bagiku.”

Ucapku bersyukur kepada Allah yang telah memberikan balasan setimpal atas perjuanganku selama ini. Rasa syukur sekaligus do’a tak henti aku panjatkan kepada Allah, semoga dengan keberhasilanku ini, mata dunia terbuka dengan cahaya Islam, dan semoga tidak ada lagi perlakuan rasisme terhadap agama Islam yang indah ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Content Creator Bangga Berliterasi: Wujudkan Asa dan Peluang Berkarya

Info Kompetisi Narasi Disabilitas Dalam Rangka HDI dan Hari HAM Internasional 2024