Ngobrol dengan Imlek
Apa kabarmu, Imlek 2573 hari ini? Tahun ini kau berwujud macan air. Dapatkah macan betah di dalam air? Namun, aku yakin, di situlah keistimewaanmu. Dengan pandemi yang masih berlangsung, tentu ada banyak yang berubah dalam perayaanmu kali ini, bahkan sejak dua tahun terakhir. Maaf, aku sendiri, yang notabene punya setetes aliran darah keturunan Tionghoa--negara asalmu--justru belum pernah menikmati selebrasi yang diadakan karenamu. Entah mengapa, aku pun tak paham.
Sejak kecil, aku hanya tahu bahwa bapak dari omaku--berarti opa buyutku--merupakan orang Tionghoa asli. Beliau kemudian merantau ke Indonesia, lalu menikah dengan oma buyutku yang berdarah asli Tana Toraja, sebuah wilayah di Sulawesi Selatan.
Dulu, aku hanya tahu bahwa kau adalah perayaan tahun baru orang Tionghoa. Dari sederet hal yang diasosiasikan denganmu, menurut diriku versi kanak-kanak, angpao adalah yang terindah. Namun, seingatku, tak sekali pun aku mendapat angpao. Mungkin pernah, tapi aku tidak paham kalau itu adalah angpao. Maklumlah, aku tak pernah menolak, apalagi bertanya ketika ada yang memberiku uang. Kalau ada yang berbaik hati memberiku uang, kenapa mesti dipertanyakan? Dalam situasi seperti itu, yang perlu dilakukan hanya berterima kasih, bukan?
Semakin bertambah usiaku, hal paling fenomenal yang kudengar tentangmu di negeriku ini adalah pelarangan perayaan yang akhirnya dicabut pada awal tahun 2000. Sejujurnya, sebelum momentum itu, aku malah tidak pernah tahu bahwa engkau sempat terpenjara selama tiga dekade. Kalau kurenungkan lagi, itu sangat memalukan! Ke mana saja aku sampai tidak tahu ihwal pelarangan perayaanmu? Sungguh kurang pergaulan, kan? Ya, sekali lagi aku minta maaf, tidak memahami penderitaanmu dan orang-orang yang terikat dan terkait denganmu.
Kini, aku menyadari, bukan sekadar angpao yang terindah tentangmu. Bukan karena dia tak menarik lagi. Di mana-mana, angpao yang berjumlah besar tentu sangat menarik. Akan tetapi, lebih dari itu, satu hal yang amat kusyukuri tentangmu adalah, sejak 2002, kau ditetapkan sebagai hari libur nasional. Alangkah berharganya itu. Jika kebetulan jatuh pada hari kerja seperti hari ini, tentu sangat membantu menambah waktu bersantai dan bersenang-senang.
Nah, Imlek, aku sudah selesai berkisah. Apakah ada yang ingin kaukatakan? Kalau tidak ada, aku pamit dulu, ya. Salam sejahtera kepada teman-teman yang merayakanmu dan juga yang ikut menikmati dampak perayaanmu. Sampai berjumpa pada selebrasi kelinci air tahun depan.
Penulis: Iin Saputri
Komentar
Posting Komentar