Emosi Cerdas, Tulisan pun Bernas

Mulailah menulis dengan hati, sempurnakan dengan pikiran. Ulasan berikut ini merupakan refleksi saya terhadap salah satu materi kelas menulis yang sedang saya ikuti ketika menyusun tulisan ini. Kali ini materi yang disampaikan adalah mengenai bagaimana menulis dengan ketajaman emosi. Selalu disarankan oleh pendamping-pendamping kelas menulis kepada para peserta yang masih pemula untuk menulis apa saja yang dirasakan. Tidak perlu memikirkan apakah tulisan itu akan bagus atau tidak, akan menarik atau tidak, atau akan bermanfaat buat orang lain atau tidak. Yang penting, tuliskan saja. Ini disampaikan tentu agar para pemula itu semakin percaya diri dalam berkarya. Akan tetapi, proses menulis tidak hanya sampai di situ. Setelah menuliskan sesuatu, tentu penulis ingin memublikasikannya. Terkait hal tersebut, para penulis perlu memperbaiki tulisannya sehingga layak dipublikasikan. Di sanalah ada proses penyuntingan dan tahap tersebut perlu pemikiran yang tajam. Itulah yang dimaksud oleh kalimat awal tulisan ini: menulislah dengan hati, perbaiki dengan pikiran. Mengapa kita perlu menulis dengan hati? Sebab di hati itulah tersimpan semua emosi yang akan meningkatkan kualitas tulisan dan memperdalam makna yang ingin disampaikan lewat tulisan tersebut. Tulisan yang ditumpahkan dari hati akan sampai ke hati juga. Pembaca akan merasakan dan meresapi lebih dalam pesan yang tersurat dan tersirat dari tulisan tersebut. Ada tiga cara untuk menulis dengan emosi, yakni: 1. Bangkitkan semua memori tentang emosi yang kita alami terhadap sesuatu, terutama yang terkait dengan ide tulisan kita. Tuangkan langsung perasaan-perasaan yang diperoleh dari memori tersebut ke dalam tulisan. Bahagia, sedih, bersemangat, ... apa pun perasaan itu, tuangkan saja. Tulisan dengan ketajaman emosi akan mudah menembus dinding emosi para pembaca juga. 2. Dalami dan perluas pengetahuan tentang minat-minat kita. Dengan cara demikian, emosi, perspektif, dan persepsi kita terhadap minat tersebut akan semakin tajam. 3. Sampaikan pesan yang mengandung emosi lewat tulisan. Ketika ingin menyampaikan sebuah pesan dan ingin agar pesan itu dipahami dan dilaksanakan oleh pembaca, dibutuhkan emosi yang tepat di dalamnya. Sering kita temukan pesan-pesan profokatif di medsos akhir-akhir ini, yang begitu mudah membangkitkan energi negatif para pembaca. Jika itu bisa digunakan untuk hal -hal yang positif, tentu akan sangat bermanfaat. Terkait dengan poin ketiga, di sinilah dibutuhkan kecerdasan emosi, baik dari pihak penulis maupun pembaca. Jika kita menuliskan perasaan tanpa menyempurnakannya dengan pemikiran, bisa jadi akan menjerumuskan diri sendiri dan orang lain. Sebab itu, menulis tidak boleh hanya berhenti pada proses pertama (menuangkan rasa) tanpa melakukan proses kedua (memperbaikinya dengan pemikiran). Demikian pula dengan pembaca. Jika kita membaca tanpa meresapi secara cerdas, potensinya sangat besar membuat kita menjadi termasuk ke dalam bilangan kaum yang mengidap kebebalan hakiki. Untuk itu, mari menulis dengan ketajaman emosi dan kebernasan pemikiran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Content Creator Bangga Berliterasi: Wujudkan Asa dan Peluang Berkarya

Info Kompetisi Narasi Disabilitas Dalam Rangka HDI dan Hari HAM Internasional 2024