Laut kebahagiaan

Lapangan sekolah tampak ramai pagi ini. Terlihat anak-anak yang mengenakan pakaian biasa, sepertinya ingin bepergian ke suatu tempat.

Karena memang, hari ini mereka akan pergi jalan-jalan ke pantai yang pemandangannya indah.

Setelah menyelesaikan upacara bendera, barulah mereka berangkat ke pantai yang menjadi tujuan wisata mereka.

"Kamu bawa apa aja?" tanya Ben pada Adel yang duduk di sebelahnya.

"Ini aku bawa bekal makanan, buat jaga-jaga kalau laper. Sama baju buat ganti," kata Adel.

"Oh, pantesan tas kamu kayaknya banyak barang."

"Emang kamu nggak bawa cemilan, Ben?

"Bggak."

Selama beberapa menit, Ben dan Adel hanya diam. Lalu Adel bertanya.

"Kamu pernah ke daerah situ?"

"Belum, sih. Tapi aku pernah denger, tempatnya bagus. Emang kamu udah kesana?

"Ini juga aku baru pertama kali denger."

Ben menatap keluar jendela dari tempatnya duduk.

Sejauh yang ia lihat, hanya jalan yang dipenuhi kendaraan dan bangunan yang ada.

Karena bosan, Ben menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Adel juga melakukan hal yang sama.

***

"Ben, Adel, ayo, bangun!" kata seorang guru memangunkan mereka berdua. Rupanya mereka tertidur selama perjalanan.

Ben dan Adel perlahan membuka mata mereka.

"Uda sampe, Pak?" tanya Adel setengah sadar.

"Iya, ini udah sampe. Ayo, turun."

Mereka berdiri, dan perlahan berjalan turun dari bus.

Sebelum itu, mereka terlebih dahulu melepas sepatu.

Saat turun dan memasuki area pantai, mereka langsung disambut oleh pemandangan laut biru yang sangat indah.

Terdengar pula suara ombak yang berdebur, seakan menyambut mereka di tempat itu.

Teman-teman Ben dan Adel juga mengagumi hal yang sama.

Pak guru pun berkata, "Nah, anak-anak, jadi ini pantai tempat kita berwisata. Bagus, kan, pemandangannya?"

"Bagus, Pak!" seru anak-anak riang.

"sekarang, kalian boleh main, tapi jangan jauh-jauh, ya."

"Iya, Pak."

Setelah itu, sebagian anak tampak berjalan menuju air laut, sementara sisanya memilih bermain di pasir.

Ben dan Adel bersorak kegirangan setiap kali ombak menyentuh mereka.

Sesekali mereka saling menjahili satu sama lain, dengan cara membuat ombak dengan tangan mereka yang kecil.

"Ah!" teriak Adel saat Ben membuat ombak dengan tangannya, hingga mengenai muka Adel.

"Ayo, kejar aku, Adel!" seru Ben sambil berjalan menghindar.

"Awas kamu, Ben! kata Adel sambil mengejar Ben.

Adel berusaha mengejar Ben yang ada di depannya.

Sesekali, ombak yang datang dari belakang mendorongnya maju, begitu pula dengan Ben.

Hingga akhirnya ...

Dar! Adel berhasil menangkap bahu Ben, lalu mulai mencipratkan air laut ke arahnya.

"Ampun, del! Ampun! seru Ben.

Adel pun tersenyum.

Mereka pun duduk di sebuah batu karang yang tak jauh dari tepi pantai. Dari sini, mereka bisa melihat teman-teman mereka yang sedang bermain.

"Bagus, ya, pemandangannya?” kata Ben sambil memandangi sekitarnya.

Adel juga ikut melihat ke sekitar.

"Iya, ya. Waktu kita baru sampai aja, aku langsung kagum," kata adel.

"Kalo aku malah udah ngebayangin tempatnya dari kemarin. Sampe kebawa mimpi pas tidur. Terus pas kebangun, langsung kedengaran suara adikku yang bilang, ‘Kakaaak! banguuun!"

"Haha." Adel tertawa mendengar cerita Ben.

"Eh, Ben, aku ambil bekal dulu, ya, di tas," kata Adel sambil berdiri dari karang tempatnya duduk.

"Iya," jawab Ben"

Sementara itu, ben duduk di atas karang sambil menaruh kakinya di atas air, membiarkan ombak menyentuh kakinya.

Sesekali teman-temannya lewat dan menyapa Ben.

Selang beberapa menit, Adel kembali dengan membawa dua buah "makanan di tangannya.

"Nih, buat kamu," Katanya sambil menyodorkan makanan di tangannya.

Ben pun menerimanya sambil berkata, "Makasih, Adel."

Mereka pun makan makanan yang diberikan Adel.

saat sedang menikmati makanan, datang beberapa orang yang menaiki perahu. Mereka adalah nelayan yang tinggal di desa dekat pantai.

"Halo, kalian pengunjung baru, ya?" tanya salah seorang nelayan yang ada di perahu tersebut.

"Iya, Pak. Abis mancing, ya?" tanya adel pada nelayan tersebut.

"Iya, Dek. Ini kita baru mau pulang."

"Oh, gitu."

"Ya udah, kita pulang dulu, ya. Inget, sampahnya jangan buang sembarangan."

Setelah selesai makan, Ben dan adel  menuju ke tempat untuk menaruh tas di pantai itu. Setelah itu, barulah mereka kembali ke tempat mereka duduk tadi.

***

 

Waktu berlalu tanpa terasa. Setelah puas bermain, kini mereka harus pulang ke rumah masing-masing.

Sekarang, mereka sedang berbaris untuk foto bersama.

Ben kini berada dibarisan anak laki-laki.

Sementara, Adel berada dibarisan anak perempuan.

"Nah, sekarang semuanya liat ke kamera, ya!" kata Pak Guuru memberi arahan.

Semua anak pun melihat ke arah kamera.

"Satu, dua, tiga!"

Cklik!

"Yuk, sekali lagi!"

"Satu, dua, tiga!"

Cklik!.

setelah selesai foto bersama, semuanya langsung kembali ke dalam bus.

Di dalam, ben duduk dikursinya di dekat jendela. Sementara Adel duduk disebelahnya.

"Seru, ya, hari ini?" kata adel sambil duduk.

"Seru lah. Apalagi ini pengalaman pertama aku ke pantai," kata Ben dengan wajah cerianya.

Semoga pemandangan tempat ini tetap sama."

Ben mengingat apa yang mereka lakukan di pantai tadi.

"Adel?" Ben memanggil Adel.

"Ya?"

Kayaknya aku udah tau deh, apa yang aku mau lakuin pas udah gede nanti," Kata Ben.

Adel pun teringat topik percakapan mereka minggu lalu.

Saat itu, mereka sedang belajar di rumah Ben.

Saat itu, Ben menanyakan apa cita-cita Adel.

Adel menjawab ingin jadi pengusaha.

Namun, saat Adel bertanya balik, ben malah menjawab tidak tahu.

"Emang kamu mau ngelakuin apa?"

"Aku pengen melindungi laut di Indonesia biar tetap bagus."

"Gimana caranya?" tannya Adel.

"Nggak tau, sih."

"Huuuh, dasar."

"Setelah semuanya duduk, bus pun perlahan berjalan meninggalkan pantai dengan sejuta keindahan di dalamnya.

 

12 tahun kemudian.

 

Ben memandang ke arah sebuah foto yang sengaja ia pajang dikamarnya.

Di sana, terlihat wajah anak-anak yang tersenyum ke arah kamera.

itu adalah foto Ben dan teman-temannya, yang diambil saat ke pantai waktu itu.

Setelah puas memandangi foto itu, ia mengalihkan pandangan ke arah labtop, dan kembali melanjutkan skripsinya yang hampir selesai.

Sekarang, ben berkuliah di jurusan Kelautan, dan sudah masuk semester akhir.

Teman-temannya yang lain juga sudah berkuliah di jurusan masing-masing. Namun, mereka masih sering mengobrol, entah itu lewat chatting atau telepon.

Setelah selesai mengetik, Ben mencetak skripsinya, dan memasukannya ke dalam map.

Dipandangnya map tersebut.

Di atasnya, terdapat judul skripsinya: “Menjaga Keindahan Laut Indonesia.

Ben tersenyum. Inilah janjiku yang kuucapkan saat aku kecil dulu. 

----------------------

Penulis: Henry Setiawan, pemenang k    e-2 lomba menulis cermin dalam rangka perayaan HUT ke-77 kemerdekaan RI dan HUT ke-3 Lintas.


Komentar

  1. Sangat bagus cerita nya, tetap berkarya dan tetap semangat Tuhan memberkati..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelas Menulis Puisi, Ajang Refleksi Imajinasi dan Kreativitas

Content Creator Bangga Berliterasi: Wujudkan Asa dan Peluang Berkarya

Info Kompetisi Narasi Disabilitas Dalam Rangka HDI dan Hari HAM Internasional 2024